Asal Manusia
أصل الإنسان
ولما خلق الله سبحانه العبد من الأرض، كان جديرًا بأن لا يخرج عن أصله، بل يرجع إليه إذا تقاضاه الطبع والنفس بالخروج عنه، فإن العبد لو ترك طبعه ودواعي نفسه لتكبر وأشر، وخرج عن أصله الذي خلقه منه، ولَوثبَ على حق ربه من الكبرياء والعظمة، فنازعه إياهما، وأُمر بالسجود خضوعًا لعظمة ربه وفاطره، وخشوعًا له وتذللا بين يديه، وانكسارًا له فيكون هذا الخشوع والخضوع والتذلل ردًا له إلى حكم العبودية ويتدارك ما حصل له من الهفوة والغفلة والإعراض الذي خرج به عن أصله
Allah telah menciptakan manusia yang berasal dari tanah. Oleh karenanya, sudah sepatunya manusia tidak keluar dari asalnya dan segera kembali ketika ada dorongan hawa nafsu untuk keluar dari asanya itu. Sebab, jika manusia dibiarkan begitu saja mengikuti dorongan nafsunya, niscaya dia akan menjadi makhluk yang sombong dan congkak, serta keluar dati asal dia diciptakan.
Selain itu, dia juga akan melangkahi hak-hak Tuhan-nya sebagai satu-satunya pemilik sifat keagungan. Oleh karenanya, kecongkakan dan kesombongan harus melepas dari diri manusia dengan cara memerintahkannya supaya mau bersujud, merendahkan diri di hadapan keagungan Tuhannya yang telah menciptakannya.
Yuk Baca Juga Artikel Tentang : Rahasia Sabar dan Sholat Solusi dan Penolong Masalah Hidup
Manusia juga harus khusyuk dan bersimpuh di hadapan Tuhannya.
Kekhusyukan dan merendahkan diri di hadapan Allah merupakan sarana agar manusia kembali ke posisinya semula sebagai seorang hamba. Selain itu, merupakan pelebur atas kealpaan, kesalahan dan kelalaian manusia yang keluar dari asalnya.
فتمثل له حقيقة التراب الذي خلق منه، وهو يضع أشرف شيء منه وأعلاه، وهو الوجه، وقد صار أعلاه أسفله خضوعًا بين يدي ربه الأعلى، وخشوعًا له وتذللا لعظمته واستكانة لعزته، وهذا غاية خشوع الظاهر فإن الله سبحانه خلقه من الأرض التي هي مذللة للوطء بالأقدام، واستعمله فيها، ورده إليها، ووعده بالإخراج منها، فهي أُمُّهُ وأبوه وأصله وفصله، ضمته حيًا على ظهرها، وميتًا في بطنها، وجُعلت له طهرًا ومسجدًا فأمر بالسجود، إذ هو غاية خشوع الظاهر، وأجمع العبودية لسائر الأعضاء، فيعفر وجهه في التراب استكانة وتواضعًا وخضوعًا وإلقاء باليدين.
وقال مسروق لسعيد بن جبير: ما بقي شيء يرغب فيه إلا أن نعفر وجوهنا في هذا التراب له
Dengan sujud, manusia merepresentasikan hakikat debu yang merupakan asal muasalnya. Anggota yang paling mulia dan paling luhur darinya yaitu wajah diletakkan di bawah sehingga bagian atasnya ditaruh di bagian bawah dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan-nya Yang Maha tinggi, serta dengan khusyuk penuh ketenangan di hadapan Zat Yang Maha agung, Inilah puncak kekhusyukan secara dzahir.
Allah menciptakan manusia berasal dari tanah,
yaitu sesuatu yang hina karena menjadi pijakan telapak kaki. Allah juga menjadikan manusia beraktivitas di tanah dan mengembalikannya ke tanah, setelah itu Allah menjanjikan bahwa manusia suatu ketika akan dibangkitkan dari tanah.
Dengan demikian, tanah bagi manusia layaknya ibu, bapak, asal dan keturunan. Manusia oleh Allah dikumpulkan di atas tanah pada saat masih hidup dan akan di telan di dalam tanah pada saat meninggal dunia. Tanah oleh Allah dijadikan suci dan bisa dipakai sebagai masjid (tempat sholat).
Oleh karnanya, manusia diperintahkan untuk sujud, karena sujud adalah puncak dari kekhusyukan secara lahir dan pengumpul seluruh anggota tubuh untuk melaksanakan ibadah. Akhirnya wajah manusia menyungkur di atas tanah serta meletakkan kedua belah tangan di bawah dengan tenang, tawadhu’ dan khusyuk.
Suatu ketika Masruq berkata kepada Sa’id bin Jubair, “Sudah tidak tersisa bagi kita sesuatu yang dicintai selain kita menyungkur-kan wajah-wajah kita di atas debu karna mengharap ridha-Nya”.
Yuk subscribe : Akun Youtube Belajar Sholat