Memakan Daging Unta Apakah Membatalkan Wudhu?
Mohon izin bertanya terkait pembatal wudhu, saya pernah dengar kalau makan daging unta membatalkan wudhu. Mohon penjelasannya.
Dari Jamaah Masjid Baiturrohman
Jawab:
Terjadi perbedaan perdapat terkait hukum makan daging unta.
Pendapat pertama: Memakan daging unta membatalkan wudhu.
Pendapat ini dipilih oleh Madzhab Hambali dan ulama kontemporer semisal Syaikh Utsaimin dan Syaikh Ibnu Baz. Dalil yang dipakai adalah hadis dari Jabir bin Samurah radhiyallahuanhu,
أَنَّ رَجُلاً سَأَل رَسُول اللَّهِ : أَأَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ الْغَنَمِ ؟ قَال : إِنْ شِئْتَ فَتَوَضَّأْ وَإِنْ شِئْتَ فَلاَ تَوَضَّأَ .قَال : أَتَوَضَّأُ مِنْ لُحُومِ الإْبِل ؟ قَال : نَعَمْ فَتَوَضَّأْ مِنْ لُحُومِ الإْبِل
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Hadist dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma,, “Apakah saya berwudhu setalah makan daging kambing?” Beliau menjawab, “Jika kamu menghendali maka berwudhulah, dan jika kamu tidak mau tidak perlu berwudhu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah saya harus berwudhu setelah makan daging unta?” Beliau menjawab, “Ya. Berwudhulah disebabkan karena (makan) daging unta.” (HR. Muslim 360)
Dan juga hadis riwayat dari Al-Bara’ bin ‘Azib radhiallahu a’nhu
سُئِلَ رسولُ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عن الوضوءِ مِن لُحومِ الإبِلِ، فقال: توضَّؤوا منها
Nabi ﷺ ditanya tentang wudhu setelah makan daging unta. Nabi menjawab, “Berwudhulah darinya.” (HR. Abu Daud 184, At-Tirmidzi 81, Ibnu Majah 494)
Sebagian ulama mengambil dalil diatas karena secara kaidah ushul bahwa perintah nabi bermakna wajib.
Pendapat kedua: Memakan daging unta tidak membatalkan wudhu.
Jumhur sahabat dan jumhur madzhab memilih pendapat ini, dengan alasan hadis batalnya wudhu karena makan daging unta sudah dihapus (nasakh)
Dalilnya adalah dari Jabir radhiallahu ‘anhu
كان آخِرُ الأمرينِ مِن رسولِ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم تَرْكَ الوضوءِ ممَّا غيَّرَت النَّار
Akhir kedua perkara ini adalah bahwa Rasulullah Hadist dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, tidak berwudhu karena makan sesuatu yang tersentuh api (sudah dimasak). (HR. Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah)
Kalimat ممَّا غيَّرَت secara umum mencakup daging unta dan lainnya, dan apabila disana ada akhir dari dua perkara, maka secara syariah wajib mengambil pendapat yang akhir. Karena yang akhir menghapus pendapat yang awal. (Asy-Syarhul Mumti’ 1/304)
Hadist dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma,
قَرَّبْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُبْزًا وَلَحْمًا فَأَكَلَ ثُمَّ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ بِهِ ثُمَّ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ دَعَا بِفَضْلِ طَعَامِهِ فَأَكَلَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ
“Saya pernah menghidangkan untuk Nabi ﷺ sepotong roti dan daging lalu beliau memakannya. Kemudian beliau minta dibawakan air, lalu beliau wudhu dan shalat dzuhur. Kemudian beliau meminta dibawakan sisa makananya tadi, lalu beliau memakannya, kemudian beliau shalat (sunnah) tanpa berwudhu.” (HR. Abu Daud)
Kesimpulannya:
ﻓﺎﺧﺘﻠﻒ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﻲ ﺃﻛﻞ ﻟﺤﻮﻡ اﻟﺠﺰﻭﺭ ﻭﺫﻫﺐ اﻻﻛﺜﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﻻﻳﻨﻘﺾ اﻟﻮﺿﻮء ﻣﻤﻦ ﺫﻫﺐ ﺇﻟﻴﻪ اﻟﺨﻠﻔﺎء اﻷﺭﺑﻌﺔ اﻟﺮاﺷﺪﻭﻥ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ ﻭﻋﻠﻲ ﻭﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻭاﺑﻲ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﻭﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻭﺃﺑﻮ اﻟﺪﺭﺩاء ﻭﺃﺑﻮ ﻃﻠﺤﺔ ﻭﻋﺎﻣﺮ ﺑﻦ ﺭﺑﻴﻌﺔ ﻭﺃﺑﻮ ﺃﻣﺎﻣﺔ ﻭﺟﻤﺎﻫﻴﺮ اﻟﺘﺎﺑﻌﻴﻦ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭاﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻬﻢ ﻭﺫﻫﺐ ﺇﻟﻰ اﻧﺘﻘﺎﺽ اﻟﻮﺿﻮء ﺑﻪ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﺑﻦ ﺭاﻫﻮﻳﻪ ﻭﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻭﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ اﻟﻤﻨﺬﺭ ﻭﺑﻦ ﺧﺰﻳﻤﺔ ﻭاﺧﺘﺎﺭﻩ اﻟﺤﺎﻓﻆ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ
Ulama berbeda pendapat dalam masalah memakan daging unta, mayoritas ulama berpendapat bahwa memakan daging unta tidak membatalkan wudhu, ini pendapat para empat khalifah, Ibnu Mas’ud, Abi bin Ka’ab, Ibnu Abbas, Abu Darda’, Abu Thalhah, ‘Amir bin Rabi’ah, Abu Umamah dan jumhur tabi’in dan madzhab Maliki, Hanafi dan Syafi’i. Sedangkan imam Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahiwaih, Yahya bin Yahya, Abu Bakar bin Mundzir, Ibu Khuzaimah dan Al-Hafidz Abu Bakar al-Baihaqi berpendapat sebaliknya (membatalkan wudhu). (Syarhu an-Nawawi ‘ala al-Muslim, 48/4)
Wallahu a’lam.