Cara Duduk Tasyahud Awal
1. Duduknya Iftirasy
Duduk tahiyat awal dengan cara Iiftirasy. Dalilnya adalah hadis dari Wail Bin Hujr radhiallahu ‘anhu,
قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَلَمَّا جَلَسَ يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى يَعْنِي عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى
“Ketika aku tiba di Madinah, aku berkata; “Sungguh, aku benar-benar akan melihat bagaimana Rasulullah ﷺ sholat. Ketika duduk tasyahud beliau iftirasy membentangkan kaki kirinya dan meletakkan tangan kirinya -yakni di atas paha kirinya- serta menegakkan kaki kanannya.” (HR. Tirmizi 269)
Duduk Iftirasy yaitu dengan membentangkan telapak kaki kiri dan mendudukinya, lalu telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari dihadapkan kiblat.
Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu mengatakan,
من سُنَّةِ الصلاةِ، أنْ تنصِبَ القدمَ اليمنَى، واستقبالُهُ بأصابعِها القبلةَ، والجلوسُ على اليسرَى
“
Di antara sunah ketika sholat adalah menegakkan kaki kanan lalu menghadapkan jari-jari ke arah kiblat dan duduk di atas kaki kiri.” (HR. An Nasa’i no. 1158, disahihkan Al-Albani )
2. Telapak Tangan Diletakkan Diatas Paha mengarah ke Qiblat, Jari Tangan Kanan Menggenggam Sedangkan Jari Telunjuk Menunjuk Kedepan.
Berdasar dari hadis Abdullah Bin Umar radhiallahu ‘anhuma,
كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُسْرَى
“Apabila beliau duduk dalam sholat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya dan menggenggam semua jari jemarinya seraya menunjuk dengan jari yang dekat ibu jari (jari telunjuk) dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya.” (HR. Abu Daud 837)
3. Memberi Isyarat Jari Telunjuk Kearah Qiblat
Beberapa pendapat terkait mengisyaratkan jari telunjuk saat tasyahud.
– Dikalangan Syafi’iyah isyarat jari telunjuk dilakukan saat awal tasyahud, lalu jari telunjuk dinaikkan lebih tinggi saat syahadat tauhid, sebagaimana keterangan dari Hasyiah Al-Bujairimy Al-Khotib,
(يُشِيرُ بِهَا) أَيْ يَرْفَعُهَا مَعَ إمَالَتِهَا قَلِيلًا حَالَ كَوْنِهِ (مُتَشَهِّدًا) عِنْدَ قَوْلِهِ: إلَّا اللَّهُ لِلِاتِّبَاعِ. وَيُدِيمُ رَفْعَهَا وَيَقْصِدُ مِنْ ابْتِدَائِهِ بِهَمْزَةِ إلَّا اللَّهُ أَنَّ الْمَعْبُودَ وَاحِدٌ، فَيَجْمَعُ فِي تَوْحِيدِهِ بَيْنَ اعْتِقَادِهِ وَقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ
(Menunjuk jarinya) makudnya mengangkat telunjuk sambil sedikit memiringkan saat tasyahud hingga lafadz إلَّا اللَّهُ . Dan hendaknya mengangkat jari dan dan niatkan dalam hati saat dimulai pada permulaan huruf hamzah dari lafadz ‘Illallah (إلَّا اللَّهُ)’, bahwa Dialah satu-satunya tuhan yang berhak Disembah. Dan terkumpullah tauhid dalam dirinya baik antara keyakinan, ucapan dan perbuatan.
– Ada juga yang berpendapat dengan menggerak-gerakkan jari telunjuk berdasar dari hadis Wa’il bin Hujr radhiallahu ‘anhu, “Aku melihat cara sholat Rasulullah ﷺ. Kemudian aku melihat beliau ﷺ sholat….
ثمَّ قعدَ وافترشَ رجلَهُ اليسرى ووضعَ كفِّهِ اليُسرى على فخذِهِ ورُكبتِهِ اليُسرى وجعلَ حدَّ مرفقِهِ الأيمنِ على فخذِهِ اليُمنى ثمَّ قبضَ اثنتينِ من أصابعِهِ وحلَّقَ حلقةً ثمَّ رفعَ إصبعَهُ فرأيتُهُ يحرِّكُها يدعو بِها
Beliau duduk diatas kaki kiri serta meletakkan telapak tangan kiri diatas paha dan lutut bagian kiri. Lalu beliau ﷺ meletakkan siku lengan kanan diatas paha kanan, lalu menggenggam dua jari sehingga menjadi melingkar, kemudian beliau mengangkat telunjuknya, aku melihat beliau mengerak-gerakan telunjuknya dan berdoa dengannya.” (secara ringkas). (HR. An-Nasai 1251)
Namun sebagian ulama memakruhkan perbuatan ini karena hadis dari Wa’il bin Hujr dhaif dan syaadz.
4. Pandangan Mata Saat Tasyahud
Disunnahkan pandangan diarahkan ke jari telunjuk kanan, sebagaimana hadis dari Abdullah Bin Zubair Radhiallahu ‘anhu,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يضع يده اليسرى على ركبته اليسرى، وأشار بأصبعه لا يجاوز بصره إشارته
Biasanya rasulullah ﷺ meletakkan tangan kirinya diatas paha kirinya, dan memberikan isyarat dengan jari telunjuk (kanan), dan tidak lepas pandangan beliau dari yang diisyaratkan. (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim dalam Shahihnya)
Wallahu a’lam.
Artikel ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran ilmiyah ke redaksi: admin @ belajarsholat.com