القراءة
فإذا أخذ في قراءة القرآن فقد قام في مقام مخاطبة ربه ومناجاته، فليحذر كل الحذر من التعرض لمقته وسخطه أن يناجيه ويخاطبه وهو معرض عنه ملتفت إلى غيره، فإنه يستدعي بذلك مقته ويكون بمنزلة رجل قربه ملك من ملوك الدنيا فأقامه بين يديه، فجعل يخاطبه الملك وقد ولاه قفاه أو التفت عنه بوجهه يمنة ويسرة، فما الظن بمقت الملك لهذا، فما الظن بالملك الحق المبين الذي هو رب العالمين وقيوم السماوات والأرض.
Membaca al-Qur’an
Ketika seorang muslim memulai membaca al Qur’an berarti dia sedang berdiri di tempat sedang berbicara berhadapan dengan Tuhan-nya dan bermunajat kepada-Nya. Oleh karenanya, bersikap hati hatilah dari mengundang murka dan kemarahan-Nya. Yakni dia bermunajat dan berbicara kepada-Nya tapi sejatinya dia berpaling dari-Nya dan berpaling pada selain-Nya. Baca Juga Artikel : Bacaan Al-Quran Imam Banyak Salah, Apakah Shalatnya Sah?
Dengan demikian, dia berarti mengundang murka-Nya. Sikap seperti ini seperti seseorang yang berada dekat dengan salah seorang raja di antara raja-raja dunia dan dia berdiri berhadapan dengannya. Lalu dia berbicara dengan sang raja berbalik dari hadapannya atau wajahnya berpaling dari sang raja ke arah kanan-kiri. Tidak diduga akan kemarahan sang raja dengan sikap ini. Lalu bagaimana dengan Maha Raja yang Maha benar dan Nyata, Dialah Pemilik semesta alam dan yang menegakkan langit dan bumi, Allah Ta’ala.
وليقف عند كل آية من الفاتحة ينتظر جواب ربه له وكأنه سمعه يقول: حمدني عبدي حين يقول: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} فإذا قال: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} وقف لحظة ينتظر قوله: «أثنى علي عبدي» فإذا قال: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} انتظر قوله: «مجدني عبدي» فإذا قال: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} انتظر قوله: «هذا بيني وبين عبدي» فإذا قال: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ} إلى آخر انتظر قوله: «هؤلاء لعبدي ولعبدي ما سأل»
Hendaknya seorang muslim berhenti sejenak dari setiap membaca ayat dari surah al-Fâtihah menunggu jawaban dari Tuhan-nya. Seolah dia mendengar ketika Tuhan berkata, Hamadani ‘abdi(Hambaku Memujiku) ketika dia membaca alhamdulillahi rabbil alamin. Ketika Membaca Ar-rahman Ar-rahim, Berhentilah Sebentar menunggu Perkataan-Nya, Atsna Alayya ‘abdi (Hambaku Memujaku).
Ketika membaca Iyyaka Na’budu wa Iyya-ka nasta’in. Tunggulah Dia berfirman, Hadza baini wa baina ‘abdi(Ini antara Aku dan Hamba-Ku). Pada saat membaca Ihdina Ash-shirath al-mustaqim sampai akhir ayat, berhentilah sejenak dengarkan perkataan-Nya, Ha’ula’i Li’abdi wa li’abdi ma sa’ala (Mereka adalah hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta). Jangan Lupa Subscribe akun youtube kami : Akun Youtube Belajar Sholat
Nikmatnya Shalat
طعم الصلاة
ومن ذاق طعم الصلاة علم أنه لا يقوم غير التكبير والفاتحة مقامهما، كما لا يقوم غير القيام والركوع والسجود مقامها، فلكل عبودية من عبودية الصلاة سر وتأثير وعبودية لا تحصل من غيرها، ثم لكل آية من آيات الفاتحة عبودية وذوق ووجد يخصها
Orang yang merasakan nikmatnya shalat, dia akan tahu bahwa dia tidak melakukan takbir, membaca surah al-Fâtihah saja, demikian pula dia tidak melakukan rukuk, atau sujud saja, tetapi setiap aktivitas ibadah dari rangkaian ibadah shalat memiliki rahasia dan pengaruh ibadah yang tidak didapatkan dari selainnya. Sebagaimana setiap ayat dari ayat-ayat surah al-Fâtihah adalah ibadah, dan mengandung kenikmatan dan perasaan tersendiri yang dirasakan oleh orang yang membacanya.