Bacaan Al-Quran Imam Banyak Salah, Apakah Shalatnya Sah?
Dikutib dari Islamqa.com
Siapapun baik imam atau makmum yang salah membaca Al-Fatihah yang bisa merubah makna maka shalatnya tidak sah, karena Al-fatihah merupakan rukun shalat. Wajib hukumnya belajar Al-Fatihah dengan baik dan benar. Terkecuali bagi seseorang yang sedang proses belajar dan bersungguh-sungguh, namun tetap banyak kesalahan, maka Allah tidak membebani hamba diluar kemampuannya.
Namun ketika ia menjadi imam, maka tidak boleh ada yang shalat dibelakangnya kecuali orang yang selevel bacaannya atau lebih rendah darinya.
Imam An-Nawawi rahimahullah,
وتكره إمامة من يلحن في القراءة ؛ ثم ينظر : إن كان لحنا لا يغير المعنى ، كرفع الهاء من الحمد لله ، صحت صلاته وصلاة من اقتدى به ، وإن كان يغير ، كضم تاء أنعمت عليهم أو كسرها ، تبطله ، كقوله الصراط المستقين ؛ فإن كان يطاوعه لسانه ويمكنه التعلم لزمه ذلك ، فإن قصر وضاق الوقت صلى وقضى ، ولا يجوز الاقتداء به .
Dan dimkaruhkan imam yang lahn dalam bacaan, namun perlu dirinci; Jika lahnnya tidak merubah makna, seperti mengganti huruf Ha’ pada kalimat alhamdulillahi, maka sah shalatnya termasuk orang yang bermakmum. Namun jika berubah makna, seperti mendhammahkan huruf ta’ (dibaca an’amtu) pada kalimat an’amta atau dikashrah huruf ta’ (dibaca an’amti), maka batal shalatnya, sama halnya seperti kalimat Ash-Shiraathal mustaqiin.
Jika bagus bacaannya dan memungkinkan untuk belajar maka wajib bagi dia belajar, dan jika melalaikan waktu hingga hampir habis sholat maka wajib qadha, maka tidak boleh bermakmum padanya.
وإن لم يطاوعه لسانه ، أو لم يمض ما يمكن التعلم فيه ، فإن كان في الفاتحة فصلاة مثله خلفه صحيحة ، وصلاة صحيح اللسان خلفه صلاة قارئ خلف أمي [ يعني أنها لا تصح ] ، وإن كان في غير الفاتحة صحت صلاته وصلاة من خلفه ” انتهى من روضة الطالبين (1/350)
Dan jika tidak normal lisannya (cadel), atau tidak memungkinkan mempelajarinya khususnya bacaan Al-Fatihah maka orang yang shalat dibelakangnya harus selevel maka shalatnya sah. Adapun bagi orang yang fasih lisannya tidak sah bermakmum dibelakang imam yang umi (buta huruf), namun jika selain Al-Fatihah maka sah sholat dibelakangnya. (Raudhatu Ath-Thalibin 1/250)
Dalam Fatawa Al-Lajnah Daaimah 2/527
“Adapun jika terjadi kesalahan bacaan, maka apabila lahn=nya tidak merubah makna, maka sholat dibelakang orang yang tidak mengalami lahn lebih utama jika memungkinkan. Namun jika lahn-nya pada bacaan Al-Fatihah yang merubah makna, maka sholat dibelakangnya batal disebabkan karena lahn-nya bukan karena umminya seperti membacan “iyyaka na’budu” dengan mengkashrahkan kaf (iyyaki na’budu), atau an’amta ‘alaihim dengan mendhommahkan atau mengkasrahkan huruf ta’.
Apabila dia melakukan kesalahan karena hafalannya buruk, maka orang yang yang hafalannya bagus lebih utama menjadi imam.”
Wallahu a’lam.