Jika Jiwa ini Masih Lalai
المشهد السادس: مشهد التقصير
وأن العبد لو اجتهد في القيام بالأمر غاية الاجتهاد وبذل وسعه فهو مقصر وحق الله سبحانه عليه أعظم والذي ينبغي له أن يقابل به من الطاعة
Tempat yang Enam: kelalaian
Dan jika seorang hamba berusaha sekuat tenaga dan terus berusaha sekuat tenaga, namun ia gagal, dan hak Tuhan Yang Maha Esa atas dirinya lebih besar, dan yang harus dibalasnya adalah ketaatan.
والعبودية والخدمة فوق ذلك بكثير، وأن عظمته وجلاله سبحانه يقتضي من العبودية ما يليق بها، وإذا كان خدم الملوك وعبيدهم يعاملونهم في خدمتهم بالإجلال لهم والتعظيم والاحترام والتوقير والحياء والمهابة والخشية والنصح بحيث يفرغون قلوبهم وجوارحهم لهم، فمالك الملوك ورب السموات والأرض أولى أن يعامل بذلك بل بأضعاف ذلك، وإذا شهد العبد من نفسه أنه لم يوف ربه في عبوديته حقه ولا قريبًا من حقه علم تقصيره ولم يسعه مع ذلك غير الاستغفار والاعتذار من تقصيره وتفريطه وعدم القيام بما ينبغي له من حقه وأنه إلى أن يغفر له العبودية ويعفو عنه فيها، أحوج منه إلى أن يطلب منه عليها ثوابًا وهو لو وفاها حقها كما ينبغي لكانت مستحقة عليه بمقتضى العبودية، فإن عمل العبد وخدمته لسيده مستحق عليه بحكم كونه عبده، ومملوكه فلو طلب منه الأجرة على عمله وخدمته لعده الناس أحمق وأخرق
Pengabdian dan pelayanan lebih dari itu, dan keagungan-Nya,
Maha Suci Dia, menuntut dari penghambaan apa yang pantas untuk itu, dan jika para hamba dan hamba raja memperlakukan mereka dalam pelayanan mereka dengan hormat, mengagungkan, dengan kesopanan, kekaguman, ketakutan, dan keikhlasan sampai-sampai mengosongkan hati dan anggota tubuh untuknya, maka Pemilik raja-raja dan Penguasa langit dan bumi lebih layak diperlakukan dengan itu, melainkan Berkali-kali lipat dari itu. Yuk Baca artikel tentang : Utusan Sang Raja
Dan jika seorang hamba bersaksi dari dirinya sendiri bahwa Tuhannya belum menunaikan hak-haknya dalam mengabdi, dan bahkan belum mendekati hak-haknya, maka dia mengetahui kekurangannya, dan dia tidak mempunyai pilihan selain memohon ampun dan meminta maaf atas kekurangan dan kelalaiannya. dan tidak melakukan apa yang menjadi haknya, dan sampai Dia memaafkannya dalam pengabdiannya dan mengampuninya dalam hal itu, maka dia masih perlu meminta imbalan darinya, dan jika dia telah memenuhi haknya dengan baik, dia akan melakukannya, berhak atas dirinya berdasarkan perbudakan. Pekerjaan dan pengabdian seorang budak kepada tuannya adalah haknya berdasarkan statusnya sebagai budak dan harta bendanya. Jika dia meminta upah atas pekerjaan dan pengabdiannya, maka orang-orang akan menganggap dia bodoh.
Ini bukanlah hambanya dan bukan pula hambanya dalam hakikatnya,
tetapi ia adalah hamba Allah dan hambanya dalam hakikatnya dalam segala aspek Tuhan Yang Maha Kuasa, maka pekerjaan dan pengabdiannya adalah haknya karena ia adalah hambanya, demikian pula jika ia memberi pahala baginya untuk itu, itu hanyalah sebuah nikmat, nikmat, dan kebaikan kepadanya yang tidak pantas diterima oleh seorang hamba darinya, dan dari sinilah makna sabda Nabi, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, dapat dipahami hai dia: “Tidak seorang pun di antara kamu yang akan masuk surga dengan amalnya.” Mereka berkata: Begitu pula kamu, wahai Rasulullah? Dia berkata: “Bahkan aku pun tidak, kecuali Tuhan menghujani aku dengan rahmat dan karunia-Nya.”
Yuk Subscribe : Akun Youtube Belajar Sholat