Hal-hal yang Membatalkan Sholat
Berikut adalah penjelasan hal-hal yang apabila dikerjakan akan membatalkan sholat:
- Mengerjakan perbuatan yang dilarang dalam sholat.
- Atau meninggalkan sesuatu yang wajib dikerjakan di dalam sholat.
Makan dan Minum
Ibnul Mundzir rahimahullahu mengatakan,
أجمع أهل العلم على أن المصلي ممنوع من الأكل والشرب، وأجمع كل من نحفظ عنه من أهل العلم أن على من أكل أو شرب في الصلاة عامدا الإعادة
“Para ulama sepakat bahwa seorang yang tengah sholat dilarang makan dan minum. Dan guru-guru kami juga berpendapat yang sama terkait batalnya sholat seseorang yang makan dan minum secara sengaja dan diwajibkan mengulang sholat.”
Berbicara Dengan Sengaja Membatalkan Sholat
Zaid bin Al Arqam radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
كنا نتكلم في الصلاة يكلم الرجل صاحبه وهو إلى جنبه في الصلاة، حتى نزلت: {وقوموا لله قانتين} فأمرنا بالسكوت ونهينا عن الكلام.
“Dulu beberapa dari kami masih berbincang dengan sebelahnya ketika sholat. Hingga turun ayat Allah azza wajalla,
وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Dan berdirilah untuk Allah dalam sholatmu bersama orang-orang yang khusyu.”[1]
Kemudian kami diperintahkan untuk diam ketika sholat.”[2]
Ibnul Mundzir rahimahullahu mengatakan,
أجمع أهل العلم على أن من تكلم في صلاته عامدا لكلامه، وهو لا يريد إصلاح شيء من أمرها أن صلاته فاسدة
“Para ulama sepakat bahwa tidak boleh berbicara secara sengaja dalam sholat. Bukan dalam rangka meluruskan yang keliru dalam sholat, maka sholatnya batal.”[3]
Apakah Boleh Menjawab Salam Ketika Sholat?!
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu pernah mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama dan beliau tidak menjawabnya dan hanya memberikan isyarat. Setelah selesai sholat beliau bersabda,
إنك سلمت آنفا ، وأنا أصلي
“Barusan engkau mengucapkan salam kepadaku, tapi aku tengah dalam sholat.”[4]
Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullahu mengatakan,
لا ما هو منسوخ، المصلي يرد السلام بالإشارة، إذا سلم عليك؛ ترد عليه بالإشارة، هكذا بيدك، كأنك تصافح، أو برأسك، لا بأس، النبي كان يرد عليهم بالإشارة
“(Sunah menjawab salam dengan isyarat ketika sholat -pent) tidak dihapuskan. Seorang yang tengah sholat menjawab salam dengan cara memberi isyarat. Seperti posisi tangan orang yang hendak bersalaman, atau dengan kepalanya, tidak masalah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama menjawab salam dengan isyarat.”[5]
Disibukkan Dengan Hal-hal Di Luar Sholat
Hal-hal tersebut meliputi Gerakan yang berlebihan di luar sholat atau perbuatan-perbuatan lain yang tidak berkaitan dengan sholat. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam asy Syaukani rahimahullahu,
وذلك مقيد بأن يخرج به المصلي عن هيئة الصلاة؛ كمن يشتغل مثلا بخياطة أو نجارة، أو مشي كثير، أو التفات طويل، أو نحو ذلك، وسبب بطلانها بذلك أن الهيئة المطلوبة من المصلي قد صارت بذلك الفعل متغيرة عما كانت عليه، حتى صار الناظر لصاحبها لا يعده مصليا.
“Ini dengan catatan bahwa seorang yang sholat tadi melakukan hal di luar perbuatan sholat. Seperti orang yang sibuk menjahit atau menenun atau berjalan atau berpindah yang cukup jauh, atau yang semisal dengannya. Sebab batalnya adalah bahwasanya perbuatan-perbuatan yang seharusnya dikerjakan di dalam sholat menjadi berubah dengan sebab hal tadi. Orang yang menyaksikan di dekatnya akan menyangka bahwa yang bersangkutan tidak sedang sholat.”[6]
Meninggalkan Syarat atau Rukun Sholat Dengan Sengaja
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama memerintahkan kepada orang yang sholatnya tidak baik untuk mengulang sholat,
ارجع فصل فإنك لم تصل
“Ulangi sholatmu. Sesungguhnya engkau belum dikatakan sholat.”[7]
Syekh Shadiq bin Hasan rahimahullahu mengatakan,
وإذا ترك الركن فما فوقه سهوا فعله، وإن كان قد خرج عن الصلاة، كما وقع منه -صلى الله تعالى عليه وآله وسلم- في حديث ذي اليدين (3)، فإنه سلم عن ركعتين ثم أخبر بذلك، فكبر وفعل الركعتين المتروكتين، وأما ترك ما لم يكن شرطا ولا ركنا من الواجبات فلا تبطل به الصلاة؛ لأنه لا يؤثر عدمه في عدمها، بل حقيقة الواجب ما يمدح فاعله ويذم تاركه، وكونه يذم لا يستلزم أن صلاته باطلة
“Jika orang yang sholat meninggalkan salah satu rukun atau lebih karena lupa, ia wajib untuk mengerjakan rukun tadi, sekalipun sudah berada di luar sholat. Sebagaimana yang terjadi di zaman Nabi Muhammad ﷺ, ketika beliau salam di rakaat yang kedua dan diberitahukan tentang hal tersebut, beliau kembali mengerjakan dua rakaat sisanya. Adapun meninggalkan selain rukun dan syarat seperti waajibat ash shalat (perkara-perkara wajib dalam sholat -pent) maka tidak membatalkan sholat. Karena ketiadaannya tidak menjadi indikasi ketidakabsahan sholat. Meski orang yang meninggalkan (waajibat ash shalat) tercela dan dipuji jika mengerjakannya, hal ini tidak lantas menjadikan sholatnya serta merta batal.”[8]
Tertawa di Dalam Sholat
Hal yang juga membatalkan sholat adalah tertawa ketika sholat. Bahkan Ibnul Mundzir rahimahullahu mengatakan bahwa hal tersebut merupakan ijmak para ulama.
Artikel ini ditulis oleh Ustadz Muhammad Nur Faqih, S.Ag. (Beliau Lulusan STDI Jember Jurusan Hadis, Pengasuh Belajarsholat.com, Tanyahadis.com dan beliau aktif mengisi kajian-kajian ilmiyah di berbagai kota)
___________
Footnote:
[1] QS. Al Baqarah: 238.
[2] HR. Bukhari 1200 dan Muslim 539.
[3] Al Ausath 3/243.
[4] HR. Muslim 540.
[5] https://binbaz.org.sa
[6] Ad Durar al Bahiyyah 1/284.
[7] HR. Bukhari 757.
[8] Ar Raudhah an Nadiyyah 1/288.