Penjelasan Hadis Memperpendek Khutbah, Memperlama Shalat
Dari ‘Ammar bin Yasir رضي الله عنه,
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
إنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ، وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ، مَئِنَّةٌ مِن فِقْهِهِ، فأطِيلُوا الصَّلَاةَ، وَاقْصُرُوا الخُطْبَةَ، وإنَّ مِنَ البَيَانِ سِحْرًا
“Sesungguhnya lamanya shalat seseorang dan singkatnya khutbahnya adalah tanda dari pemahamannya (terhadap agama). Maka panjangkanlah shalat dan persingkatlah khutbah. Dan sesungguhnya di antara bentuk penjelasan ada yang seperti sihir.”
📚 Shahih Muslim no. 869
(مَئِنَّةٌ مِن فِقْهِهِ) artinya tanda dan bukti bahwa ia memiliki pemahaman agama.
Dalam hadits ini terkandung petunjuk bahwa sunnah bagi khatib adalah tidak memperpanjang khutbah.
Penjelasan Ibnu ‘Abdil Barr رحمه الله
وأما قصر الخطبة : فسنَّة مسنونة ، كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأمر بذلك ، ويفعله ، وفي حديث عمار بن ياسر ” أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقصر الخطبة ” ، وكان يخطب بكلمات طيبات ، قليلات ، وقد كره التشدق ، والتفيهق . وأهل العلم يكرهون من المواعظ ما ينسي بعضه بعضاً لطوله ، ويستحبون من ذلك ما وقف عليه السامع الموعوظ فاعتبَره بعد حفظه له ، وذلك لا يكون إلا مع القلة
Adapun memendekkan khutbah: itu adalah sunnah yang selalu dilakukan. Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan hal itu dan beliau sendiri melakukannya.
Dalam hadits ‘Ammar bin Yasir disebutkan: “Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan kami untuk memendekkan khutbah.”
Beliau (Rasulullah) biasa berkhutbah dengan kata-kata yang baik, ringkas, dan sedikit. Beliau membenci bertele-tele dan memaksakan diri dalam berbicara.
Para ulama pun membenci nasihat atau khutbah yang terlalu panjang sehingga membuat pendengarnya lupa dengan isi khutbah karena panjangnya. Mereka lebih menyukai nasihat yang singkat, jelas, dan mudah diingat, sehingga pendengar bisa mengambil pelajaran darinya. Dan itu hanya bisa dicapai bila khutbahnya ringkas.
📚 Al-Istidzkar (2/363–364)