Manusia dan Hidayah
الناس والهداية
ثم بَيَّن أن سبيل أهل هذه الهداية مغاير لسبيل أهل الغضب وأهل الضلال، فانقسم الخلق إذًا ثلاثة أقسام بالنسبة إلى هذه الهداية:
1 – مُنْعَمٌ عليه بحصولها، واستمرار حظه من النعم بحسب حظه من تفاصيلها وأقسامها.
2 – وضال لم يُعْطَ هذه الهداية ولم يوفق لها.
3 – ومغضوبٌ عليه عرفها ولم يوفق للعمل بموجبها.
فالأول: المُنعم عليه قام بالهدى ودين الحق علمًا، عملاً والضال منسلخ عنه علمًا وعملاً والمغضوب عليه عارف به علمًا منسلخ منه عملاً
Selanjutnya Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa jalan ahli hidayah ini berseberangan dengan ahli emosi dan sesat. Karena itu makhluk dibagi menjadi tiga menurut kategori hidayah:
-
Diberi nikmat dengan mendapatkannya, dan dia terus mendapatkan nasib baiknya dari kenikmatan sesuai dengan nasibnya mendapatkan rincian dan bagian-bagian hidayahnya.
-
Sesat, tidak diberi hidayah dan tidak dikehendaki untuk mendapatkannya.
-
Yang dimurkai, dia mengetahui hidayah tapi tidak dibcri petunjuk untuk mongamalkannya.
Golongan pertama, yang diberi nikmat berjalan dengan hidayah dan agama yang benar, disertai ilmu dan amal. Golongan kedua, yang sesat dan lepas, baik ilmu maupun amalnya dari hidayah. Sementara golongan ketiga yang dimurkai; dia mengetahui secara ilmu tapi lepas dari amal.
Disyariatkannya Mengucapkan “âmin”
مشروعية التأمين
ثم شرع له التأمين عند هذا الدعاء تفاؤلاً بإجابته وحصوله وطابعًا عليه وتحقيقًا له، ولهذا اشتد حسد اليهود للمسلمين عليه حين سمعوهم يجهرون به في صلاتهم
Disyariatkan mengucapkan âmin (at-ta’min) setelah membaca doa ini (surah al-Fâtihah) sebagai harapan agar doanya dikabulkannya, serta diwujudkan oleh Allah. Dengan ini orang-orang Yahudi dengki terhadap orang-orang Muslim ketika mereka mendengar saat shalat menyaringkan bacaan “àmin.” Baca Juga Artikel Tentang : Macam-macam Bacaan Ruku’ dalam Sholat
Rukuk
الركوع
ثم شرع له رفع اليدين عند الركوع؛ تعظيمًا لأمر الله وزينة للصلاة وعبودية خاصة لليدين كعبودية باقي الجوارح، واتباعًا لسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فهو حلية الصلاة، وزينتها، وتعظيمًا لشعائرها.
ثم شرع له التكبير الذي هو في انتقالات الصلاة من ركن إلى ركن كالتلبية في انتقالات الحاج من مشعر إلى مشعر، فهو شعار الصلاة كما أن التلبية شعار الحج؛ ليعلم العبد أن سر الصلاة هو تعظيم الرب تعالى وتكبيره بعبادته وحده.
ثم شرع له بأن يخضع للمعبود سبحانه بالركوع خضوعًا لعظمته واستكانة لهيبته وتذللا لعزته، فثنى العبد له صلبه ووضع له قامته ونكس له رأسه وحنى له ظهره معظمًا له ناطقًا بتسبيحه المقترن بتعظيمه، فاجتمع له خضوع القلب وخضوع الجوارح، وخضوع القول، على أتم الأحوال وجمع له في هذا الذكر بين الخضوع والتعظيم لربه والتنزيه له عن خضوع العبيد وأن الخضوع وصف العبد والعظمة وصف الرب.
وتمام عبودية الركوع أن يتصاغر العبد ويتضاءل بحيث يمحو تصاغره كل تعظيم منه لنفسه ويثبت مكانه تعظيمه لربه وكلما استولى على قلبه تعظيم الرب ازداد تصاغره هو عند نفسه، فالركوع للقلب بالذات والقصد وللجوارح بالتبع والتكملة
Setelah berdiri dan membaca surah al-Fâtihah disunahkan melanjutkan membaca surah dari al-Qur’an. Setelah itu orang yang shalat disyariatkan untuk mengangkat kedua tangannya ketika hendak rukuk, sebagai bentuk pengagungan terhadap perintah Allah, hiasan shalat dan sebagai ibadah khusus bagi kedua tangan sebagaimana ibadah dari anggota tubuh yang lain, tentu selain mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Rukuk adalah ornamen, perhiasan shalat dan bentuk pengagungan ibadah tersebut.
Selanjutnya disyariatkan mengucapkan takbir ‘Allahu Akbar, karna ucapan takbir ketika peralihan gerakan dalam shalat dari satu rukun ke rukun yang lain, seperti ucapan talbiah dalam peralihan rangkaian ibadah haji dari tempat ibadah ke tempat ibadah yang lain. Takbir adalah syiar shalat sebagaimana talbiyah dalam haji, agar hamba tahu bahwa rahasia shalat adalah mengagungkan Allah dan membesarkan-Nya dengan hanya beribadah kepada-Nya.
Ketika rukuk disyariatkan untuk tunduk kepada Tuhan yang disembahnya, tunduk atas keagungan dan tenang karena kekuasaan-Nya dan merendah karna kemuliaan-Nya. Maka orang yang membungkukkan tulang belakangnya, meletakkan tubuhnya, disejajarkan kepalanya dan diluruskan sejajar dengan punggung sebagai bentuk pengagungan kepada-Nya, dan mengucapkan tasbih pada-Nya yang diiringi ucapan pengagungan untuk-Nya, Subhâna Rabbiyal Azhimi.
Maka berkumpullah ketundukan hati dan ketundukan anggota badan, ketundukan ucapan dalam keadaan yang sempurna, serta berkumpul pada dzikir ini antara tunduk dan pengagungan kepada Tuhan-Nya dan menyucikan dirinya dari tunduk terhadap hamba. Tunduk adalah karakteristik seorang hamba dan keagungan adalah sifat Tuhan.
Kesempurnaan ibadah rukuk bertujuan agar hamba mengecilkan diri dan merasa lemah, di mana dengan menganggap diri kecil akan menghapus setiap bentuk pengagungan pada diri sendiri, dan menetapkan tempat itu untuk pengagungan kepada Tuhannya. Ketika di setiap pengagungan pada Allah mengambil tempat di hatinya, maka bertambahlah perasan kecil dan lemah pada dirinya. Maka proses rukuk bagi hati adalah dengan jiwa dan bertujuan pada anggota badan dengan ketundukan dan penyempurnaan terhadap-Nya. Subscribe Akun Youtube Belajar Sholat : Akun Youtube Belajar Sholat