Ringkasan Tata Cara Shalat Jenazah Untuk Laki-Laki dan Wanita
Tata cara shalat jenazah antara laki-laki dan perempuan ada sedikit perbedaan, diantaranya posisi berdirinya imam di jenazah. Shalat jenazah dilaksanakan tanpa adzan dan iqamah, tidak ada juga rukuk, i’tidal, sujud dan duduk. Shalat jenazah dilaksanakan dengan cara berdiri dengan empat kali takbir diakhiri salam.
Berikut ini ringkasannya;
Posisi Imam Berdiri Disamping Jenazah
Untuk jenazah laki-laki imam berada disejajar kepala mayit, adapun jenazah perempuan posisinya ada ditengah (perut/bokong), hal ini sebagaimana hadis dari Nafi’ Abu Ghalib,
قال العلاءُ بن زياد: يا أبا حمزة، هكذا كانَ يفعَلُ رسولُ اللهِ صلَّى الله عليه وسلَّم؛ يُصلِّي على الجِنازة كصلاتِك، يُكبِّر عليها أربعًا، ويقومُ عند رأس الرَّجُلِ وعجيزةِ المرأة؟ قال: نعم
Bertanya Al-‘Alaa’ bin Ziyaad, “Wahai Abu Hamzah (Anas Bin Malik). Apakah seperti ini yang dikerjakan Nabi SAW saat sholat jenazah seperti yang engkau lakukan? Bertakbir empat kali, dan berdiri dibagian kepala jenazah laki-laki dan ditengah untuk jenazah perempuan? Anas menjawab, “Benar.” (HR, Abu Dawud, At-Timidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, hadis ini disahihkan oleh Ibnu Al-Mulaqqin, Al-Albani dan Al-Waada’i)
Niat
Sebagaimana amalan lainnya, niat menjadi syarat dan rukun sahnya sebuah amalan. Dan niat letaknya ada di hati, sebagaimana hadis Umar bin Khatab
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niatnya. “ (HR. Bukhari)
Adapun untuk kalangan Syafi’iyah melafadzkannya sunnah karena akan menutup was-wasnya hati. Lafadz yang masyhur niat shalat jenazah sebagaimana dibawah ini;
Niat untuk shalat jenazah laki-laki
اُصَلِّى عَلَى هَذَا الْمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Niat untuk shalat jenazah perempuan
اُصَلِّى عَلَى هَذه الْمَيِّتة اَرْبَعَ تَكْبِرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Catatan penting: masalah pelafalan niat menjadi problem perdebatan masyarakat karena faktor taqlid dan ta’ashub, padahal ini ranah khilafiyah. Untuk yang meyakini niat tanpa perlu pelafalan insya Allah sudah mencukupi, adapun niat harus dengan pelafalan insya Allah juga mencukupi.
Takbir Pertama
Takbir pertama adalah takbiratul ihram الله أكبر dan membaca surah Al-Fatihah. Takbir pertama dan surat Al-Fatihah ini merupakan rukun sholat jenazah. Dalilnya adalah
لا صلاةَ لِمَن لم يقرأْ بفاتحةِ الكتابِ
Tidak dianggap sah sholat bagi yang tidak membaca surah Al-Fatihah. “ (HR. Bukhari, Muslim)
Dari Thalhah bin Abdillah bin ‘Auf,
صليتُ خلفَ ابنِ عبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عنهما على جِنازة، فقرَأَ بفاتحةِ الكتابِ، قال: لِيَعْلموا أنَّها سُنَّةٌ
Aku shalat jenazah di belakang Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma , dan beliau membaca surat Al-Fatihah. Lalu beliau berkata, “Perlu diketahui, bahwasanya membaca Al-Fatihah adalah sunnah.” (HR. Bukhari)
Bacaan surah Al-Fatihah
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ar-raḥmānir-raḥīm
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
māliki yaumid-dīn
4. Yang menguasai di Hari Pembalasan.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn
7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Takbir Kedua
Lalu membaca sholawat nabi. Shalawat ini hukumnya wajib dalam madzhab Syafi’iyah dan Hanabilah.
Bacaan shalawat yang paling afdhal sebagaimana dalam hadis-hadis tasyahud,
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allohumma sholli ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad, wa baarik ‘alaa muhammad wa ‘ala aali muhammad, kama baarokta ‘ala ibroohim fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.
Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim di alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.(HR. Al Bihaqi 2/529 no 3966, HR Ahmad dalam musnadnya 28/299 no 17067)
Takbir Ketiga
Lalu mendoakan jenazah. Diantara bacaan doa untuk jenazah laki-laki:
اللهُمَّ، اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ – أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
Allohummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khilhul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim)
Doa untuk jenazah perempun doa silahkan ganti dzamir هُ menjadi ها.
Takbir Keempat
Setelah takbir keempat ada dua perbedaan:
Pertama: Diam sejenak sebelum salam, jadi tidak ada bacaan apapun. Pendapat ini diambil oleh madzhab Hanafiah, Hanabilah dan sebagian Malikiyah.
Kedua: Disunnahkan mendoakan mayit. Pendapat ini diambil oleh madzhab Syafi’iyah, sebagian Malikiyah dan sebagian Hanafiyah.
Adapun doanya bisa berupa,
اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Allohumma laa tahrimna ajrohu wa laa taftinna ba’dahu waghfir lana wa lahu.
“Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”
Catatan: untuk doa yang dibaca هُ diganti dengan هَا apabila jenazah perempuan.
Salam
Mengucapkan salam sambil menoleh kekanan terlebih dahulu, kemudian menoleh kekiri.
Bacaan salam,
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Assalamu’alaikum wa rahmatullah
Wallahu a’lam.