Cara Sholat Tahajud, Keutamaan, Bacaan dan Doa Sholat Tahajud
Assalamu’alaikum sahabat belajarsholat.com, kali ini kita akan membahas cara sholat tahajud, keutamaan, bacaan dan doa sholat tahajud.
Allah ﷻ menyebutkan dalam Al-Quran,
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra’: 79)
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ ٱلْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. (QS. As-Sajdah: 16)
كَانُوا۟ قَلِيلًا مِّنَ ٱلَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. (QS. Adz-Dzariyat: 17)
وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَٰمًا
Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (QS. Al-Furqan: 64)
Keutamaan Sholat Tahajud
1. Sholat Tahajud Bukti Penghambaan dan Rasa Syukur Kepada Allah
Dari Ibunda ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi ﷺ sholat lail sampai kakinya bengkak-bengkak. Maka ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata
لِمَ تَصنعُ هذا يا رسولَ اللهِ، وقد غفر اللهُ لك ما تقدَّمَ مِن ذنبِك وما تأخَّر؟!
Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan seperti ini? Padahal engkau telah diampuni dosamu oleh Allah baik yang telah lalu maupun yang akan datang?
Maka Rasulullah ﷺ menjawab
أفلا أحبُّ أن أكونَ عبدًا شكُورًا؟!
Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?
(HR. Bukhari 4837, Muslim 2820)
2. Sholat Tahajud Menjadi Sebab Masuk Surga dan Mengangkat Derajat Hamba
Dari Abdillah bin Salam radhiallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
يا أيُّها الناسُ، أفْشُوا السَّلام، وأطْعِموا الطَّعام، وصِلُوا الأرحام، وصَلُّوا باللَّيلِ والناسُ نِيام، تَدخلوا الجَنَّةَ بسَلام
“Wahai manusia sebarkanlah ucapan salam hubungkanlah tali kekerabatan berilah makanan dan sholatlah pada waktu malam ketika orang-orang tengah tertidur engkau akan masuk surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmizi 2485, Ibnu Majah 3251, Ad-Darimy 1501)
3. Sholat Tahajud Menghindarkan dari Keburukan
Dari Abu Umamah Al-Bahiliy radhiallahu ‘anhu, bahwsanya Nabi ﷺ bersabda,
عَليكم بقِيامِ اللَّيلِ؛ فإنَّه دَأَبُ الصَّالحينَ قَبلَكم، وقُربةٌ لكم إلى ربِّكم، ومَكْفَرَةٌ للسيِّئاتِ، ومَنْهَاةٌ عن الإثمِ
“Hendaknya kalian melakukan shalat malam karena shalat malam adalah hidangan orang-orang shalih sebelum kalian, dan mendekatkan kepada Tuhan kalian, menghapus keburukan, serta mencegah dosa.” (HR. At-Tirmizi 5/553, Ibnu Khuzaimah 1135, Ath-Thabrani 7466, Al-Hakim 1135)
4. Sholat Tahajud Lebih Utama dari Sholat Sunnah Lainnya
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda,
أفضلُ الصَّلاةِ بعدَ الصلاةِ المكتوبةِ، الصلاةُ في جَوفِ الليلِ
“Yang lebih utama sholat sunnah setelah sholat wajib adalah sholat di penghujung malam (sholat lail).” (HR. Muslim 1163)
Waktu Sholat Tahajud
Sholat tahajud disunnahkan untuk mengerjakannya setelah tidur
Nabi ﷺ saat melakukan sholat tahajud di waktu mendengar ayam berkokok sebelum Shubuh. Hal ini sebagaimana yang diceritakan Masruq bin Aswad saat bertanya kepada Ibunda ‘Aisyah radhiallahu ‘anha,
أيُّ العملِ كان أحبَّ إلى النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم؟
Amalan apa yang disukai Nabi ﷺ?
‘Aisyah radhiallahu ‘anha menjawab, “الدَّائم” kontinyu
Maka akupun kembali bertanya, “Dan bagaimanakah beliau saat bangun?”
‘Aisyah radhiallahu ‘anha menjawab,
كان يقومُ إذا سمِعَ الصارِخَ
“Adalah beliau sering bangun tidur saat terdengar ayam jantan berkokok.” (HR. Bukhari 6461, Muslim 741)
Dan diantara sifat sholat tahajud secara detail diceritakan dalam hadis yang dikisahkan oleh Kuraib, pelayannya Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, bahwa Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata,
أَنَّهُ بَاتَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَهِيَ خَالَتُهُ قَالَ فَاضْطَجَعْتُ عَلَى عَرْضِ الْوِسَادَةِ وَاضْطَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُهُ فِي طُولِهَا فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى انْتَصَفَ اللَّيْلُ أَوْ قَبْلَهُ بِقَلِيلٍ أَوْ بَعْدَهُ بِقَلِيلٍ ثُمَّ اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ فَمَسَحَ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدِهِ ثُمَّ قَرَأَ الْعَشْرَ آيَاتٍ خَوَاتِيمَ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ ثُمَّ قَامَ إِلَى شَنٍّ مُعَلَّقَةٍ فَتَوَضَّأَ مِنْهَا فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَقُمْتُ فَصَنَعْتُ مِثْلَ مَا صَنَعَ ثُمَّ ذَهَبْتُ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى رَأْسِي وَأَخَذَ بِأُذُنِي الْيُمْنَى يَفْتِلُهَا بِيَدِهِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَوْتَرَ ثُمَّ اضْطَجَعَ حَتَّى جَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ فَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى الصُّبْحَ
Bahwa dia (Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu) pada suatu malam bermalam di rumah Maimunah Ummul Mu’minin radliallahu ‘anha, dia adalah bibinya, katanya: “Maka aku berbaring di sisi bantal bagian lebar, sementara Nabi ﷺ dan keluarganya pada bagian panjang, lantas Rasulullah ﷺ tidur hingga pada tengah malam kurang sedikit atau lewat sedikit, Beliau ﷺ bangun lalu sambil duduk Beliau mengusap (sisa) tidur pada wajahnya dengan tangannya. Kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari Surah Ali ‘Imran. Kemudian berdiri menuju tempat wudhu’ lalu Beliau berwudhu’ dengan sebaik-baiknya, kemudian shalat”. Berkata, Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhu, “Maka aku pun bangun dan aku lakukan seperti yang Beliau ﷺ lakukan. Lalu aku menuju kepadanya dan berdiri di sampingnya. Maka Beliau meletakkan tangan kanannya di kepalaku seraya memegang telingaku hingga menggeserku ke sebelah kanannya. Kemudian Beliau shalat dua raka’at, kemudian dua raka’at, kemudian dua raka’at, kemudian dua raka’at, kemudian witir (ganjil) kemudian berbaring hingga datang kepadanya mu’adzin (mengumandangkan adzan). Maka Beliau shalat dua raka’at dengan ringan lalu keluar untuk menunaikan shalat Shubuh.” (HR. Bukhari 1198, Muslim 763)
Hadis diatas menunjukkan juga bahwa Nabi ﷺ sholat tahajud sebanyak 8 rokaat, 2 rokaat sekali salam, dan diakhir dengan sholat witir. Kemudian Nabi ﷺ istirahat sebentar dengan berbaring sambil menunggu muadzin adzan sholat shubuh.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,
صلاةُ الليلِ مَثنَى مَثنى، فإذا رأيتَ أنَّ الصبحَ يُدركُك فأَوتِر بواحدةٍ
“Sholat tahajud dua rokaat, dua rokaat, apabila engkau mendapati waktu shubuh mepet maka cukupkan witir dengan satu rokaat saja.” Maka ditanyakan kepada Abdillah Bin Umar, “Apa maksudnya dua, dua?” Maka Ibnu Umar menjawab,
تُسلِّم في كلِّ ركعتينِ
“Engkau melakukan salam disetiap dua rokaat. (HR. Bukhari 1137, Muslim 749)
Saat sholat tahajud disunnahkan memulai dengan rokaat yang ringan, dalilnya adalah hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,
إذا قام أحدُكم من اللَّيلِ، فليفتتحْ صلاتَه بركعتينِ خفيفتينِ
“Apabila diantara kalian sholat malam, maka awalilah sholat di dua rokaat pertama dengan ringan.” (HR. Muslim 768)
Dimulainya dua rokaat ringan sebagai pemanasan tubuh karena manusia masih dalam kondisi mengantuk. Dikatakan oleh ahli hikmah bahwa, “Di mulainya sholat dua rokaat ringan akan melonggarkan simpul-simpul setan di kepala seseorang saat tidur. Simpul akan lepas degan sempurna setelah seseorang selesai sholat awal ringan.
Hadis diatas oleh sebagian orang dijadikan hujjah sebagai sholat yang berdiri sendiri dan dinamakan sholat iftitah. Namun yang benar adalah dua rokaat ringan ini satu rangkaian dengan sholat tahajud, lail atau sholat tarawih.
Doa Saat Sholat Tahajud
Dalam sholat tahajud ada tempat-tempat mustajab doa seperti:
- Waktu sujud, maka perpanjangkan saat sujud dan bermunajat didalamnya
- Setelah tasyahud sebelum salam.
- Setelah salam.
Adapun lafadz-lafadz doa dengan bacaan mu’tabar dalam Al-Quran dan Hadis Nabi.
Wallahu a’lam.