Kenapa Diibaratkan Senjata…?
Saat mencari referensi terkait doa, kami membuka kitab Ad-Da’ wa Ad-Dawā karya Ibnu Qayyim rahimahullah. Dan kami temukan bab terkait syarat diterimanya doa, dan ternyata beliau mengibaratkan DOA itu seperti SENJATA.
وَالْأَدْعِيَةُ وَالتَّعَوُّذَاتُ بِمَنْزِلَةِ السِّلَاحِ، وَالسِّلَاحُ بِضَارِبِهِ، لَا بِحَدِّهِ فَقَطْ، فَمَتَى كَانَ السِّلَاحُ سِلَاحًا تَامًّا لَا آفَةَ بِهِ، وَالسَّاعِدُ سَاعِدُ قَوِيٍّ، وَالْمَانِعُ مَفْقُودٌ؛ حَصَلَتْ بِهِ النِّكَايَةُ فِي الْعَدُوِّ، وَمَتَى تَخَلَّفَ وَاحِدٌ مِنْ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ تَخَلَّفَ التَّأْثِيرُ، فَإِنْ كَانَ الدُّعَاءُ فِي نَفْسِهِ غَيْرَ صَالِحٍ، أَوِ الدَّاعِي لَمْ يَجْمَعْ بَيْنَ قَلْبِهِ وَلِسَانِهِ فِي الدُّعَاءِ، أَوْ كَانَ ثَمَّ مَانِعٌ مِنَ الْإِجَابَةِ، لَمْ يَحْصُلِ الْأَثَرُ.
”Doa dan permohonan perlindungan (ta’awwudz) ibarat senjata, dan kekuatan senjata tergantung pada orang yang menggunakannya, bukan hanya pada ketajamannya saja. Maka jika senjata itu sempurna, tanpa cacat, tangan yang menggunakannya kuat, dan tidak ada penghalang (untuk menggunakannya), maka senjata tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap musuh. Namun, jika salah satu dari tiga unsur ini kurang—entah senjatanya tidak baik, penggunanya tidak kuat, atau ada penghalang—maka pengaruhnya akan berkurang. Begitu pula, jika doa itu sendiri tidak benar, atau orang yang berdoa tidak menyatukan hati dan lisannya dalam doa, atau ada penghalang dari terkabulnya doa, maka efek dari doa itu tidak akan tercapai.”
Ibarat doa sebagai senjata, beliau juga memaparkan sebuah hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ
Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Yaa Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan yang mengenyangkannya dari sesuatu yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan.
Subhanallah..kisah diatas bisa kita renungkan. Dimana syarat-syarat terkabulnya doa hampir-hampir saja terpenuhi, diantaranya orang tersebut dalam keadaan safar, tangannya menengadah ke langit, lalu ia juga bertabaruk dengan nama Allah, Namun pada akhirnya musafir ini doanya tidak diijabahi Allah Ta’ala dikarenakan makanannya haram, minumnya haram, pakaiannya haram.