RUKUN-RUKUN SHOLAT
Sebagaimana ibadah yang lain, sholat memiliki rukun-rukun yang dengannya ibadah sholat seorang hamba menjadi sah. Secara bahasa, rukun sholat adalah:
جانب الشيء -الأقوى- الذي لا يقوم ولا يتم إلا به
“Sesuatu yang jika tanpanya, maka sesuatu yang lain tidak sempurna.”
Adapun secara istilah, rukun adalah:
ماهية الشيء والذي يتركب منه ويكون جزءا من أجزائه، ولا يوجد الشيء إلا به.
“Intisari dari sesuatu yang darinya tersusun bagian-bagian yang lain. Dan tidak mungkin sebuah ibadah ada tanpa bagian-bagian tersebut.”[1]
Maka rukun sholat adalah perbuatan atau ucapan dalam sholat yang apabila tidak dikerjakan maka sholat seorang hamba tidak sah.
Memang terjadi perbedaan ulama dalam menyebutkan jumlah rukun sholat, namun kami akan memaparkan paling tidak ada 12 rukun sholat, yaitu:
Niat
Niat adalah salah satu rukun sholat yang wajib bagi seorang yang hendak sholat. Dalilnya adalah hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,
إنما الأعمال بالنيات
“Sesungguhnya setiap perbuatan bergantung pada niatnya” [HR. Bukhari 1 dan Muslim 1907]
Maka, keabsahan sholat seorang hamba terletak pada niatnya. Barangsiapa yang tidak berniat, maka sholatnya tidak sah. Al Kharaqi rahimahullahu mengatakan,
ولانعلم خلافاً بين الأمة في وجوب النية للصلاة، وأن الصلاة لا تنعقد إلا بها
“Kami tidak mengetahui ada perbedaan antar ahli ilmu tentang wajibnya niat dalam sholat. Dan ketahuilah bahwa sholat menjadi tidak sah tanpa niat.” [Al Mughni 1/288]
Berdiri Jika Mampu
Rukun sholat yang pertama adalah berdiri jika mampu. Ini dikhususkan untuk ibadah sholat wajib sebagaimana firman Allah azza wajalla,
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah semua sholat(mu), dan (peliharalah) sholat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu’.”[2]
Syekh Abdurrahman bin Nashir as Sa’diy rahimahullahu mengatakan,
ذليلين خاشعين، ففيه الأمر بالقيام والقنوت والنهي عن الكلام، والأمر بالخشوع.
“Yaitu berdiri dengan tunduk dan khusyuk. Di dalamnya terdapat perintah untuk berdiri dan larangan dari berbicara (selain bacaan sholat -pent), serta perintah untuk khusyuk”[3]
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
صَلِّ قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“Sholatlah dengan berdiri. Jika tidak mampu, maka boleh dengan duduk. Jika tidak mampu duduk, boleh dengan berbaring.”[4]
Dalam hadis yang lain, Rasulullah ﷺ juga bersabda,
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Sholatlah kalian sebagaimana melihat aku sholat.”[5]
Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram adalah takbir yang diucapkan oleh orang yang sholat di awal sholatnya sebagai pembuka sholat. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ
“Jika kalian hendak sholat, maka bertakbirlah.”[6]
Dan juga hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Kunci sholat adalah bersuci, pembatas antara sholat dan kegiatan lain adalah takbir, dan pemboleh untuk melakukan kegiatan di luar sholat adalah salam.”[7]
Membaca Surat Al Fatihah di Setiap Rakaat
Membaca surat Al Fatihah di setiap rakaat hukumnya wajib. Berdasarkan hadis dari Ubadah bin ash Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“Tidak sah sholat seorang hamba yang tidak membaca surat Al Fatihah di dalamnya.”[8]
Seorang yang sholat, baik sebagai imam, makmum, maupun munfarid hendaknya memperhatikan bacaan surat Al Fatihahnya. Barangsiapa sengaja meninggalkan satu huruf saja dalam surat Al Fatihah, maka sholatnya tidak sah. Syekh Sa’ad bin Ali Al Qahthani rahimahullahu menjelaskan,
فيها إحدى عشرة تشديدة، فإن ترك حرفا ولم يأت بما ترك لم تصح صلاته.
“Di dalam surat Al Fatihah terdapat 11 tasydid. Jika ia meninggalkan satu huruf saja dan tidak mengulanginya, maka sholatnya tidak sah.”[9]
Ruku’
Berdasarkan firman Allah azza wajalla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”[10]
Dan juga berdasarkan hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
“Kemudian ia ruku dengan thuma’ninah (tenang).”[11]
I’tidal
Rukun sholat berikutnya adalah I’tidal yaitu sikap berdiri yang dilakukan setelah ruku dan merupakan salah satu rukun dalam sholat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,
إنه لا تتم صلاة لأحد من الناس حتى يتوضأ فيضع الوضوء ، يعني مواضعه .… ثم يقول : سمع الله لمن حمده ، حتى يستوي قائما
“Bahwasanya tidak sempurna sholat seorang hamba sampai ia berwudu dan meletakkan air wudu pada tempatnya…. (kemudian Nabi Muhammad shallalllahu ‘alaihi wasallama mengatakan -pent) kemudian ia berucap sami’allahu liman hamidahu, lalu ia tegak berdiri.”[12]
Dalam redaksi yang lain disebutkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
ثمَّ ارفع حتى تعتدل قائماً
“Kemudian ia (orang yang sholat) mengangkat kepalanya dan berdiri tegak.”[13]
Sujud
Dalil yang menunjukkan bahwa sujud merupakan rukun sholat adalah hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
“Kemudian sujudlah hingga benar-benar thuma’ninah.”[14]
Dan juga firman Allah azza wajalla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”[15]
Bangkit Dari Sujud dan Duduk di Antara Dua Sujud
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
ثم يكبر فيرفع رأسه ، ويستوي قاعدا على مقعدته ويقيم صلبه
“Kemudian ia bertakbir dan mengangkat kepalanya untuk bangkit sampai duduk tegak dan punggungnya lurus.”[16]
Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa,
كان – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يطمئنّ حتى يرجع كلّ عظم إِلى موضعه
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama bersikap thuma’ninah sampai seluruh tulangnya kembali ke posisinya.”[17]
Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa ketika seseorang bangkit untuk duduk, ia tidak boleh tergesa-gesa dengan menyempurnakan sikap duduknya dengan tegap. Kemudian posisi kaki Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama adalah kaki kiri untuk tumpuan badan beliau dan menghadapkan jemari kaki kanan (yang menjejak tempat sholat) ke arah kiblat.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat,
يفرش رجله اليسرى فيقعد عليها مطمئناً
“Beliau duduk iftirasy di atas kaki kirinya dan duduk dengan tenang.”[18]
Duduk Tahiyat Terakhir
Ketika tahiyat akhir, seseorang duduk dengan sikap tawarruk yaitu menjadikan tanah sebagai tumpuan badan dan memasukkan kaki kiri ke bawah kaki kanan yang menjejak tanah. Dan posisi tangan berada di atas paha sebagaimana posisi ketika tahiyat awal.
Membaca Doa Tasyahud Akhir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama pernah mendengar seorang yang berdoa dalam sholatnya, tetapi ia tidak memuji Allah ta’ala dan tidak pula membaca shalawat pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama menegurnya,
عجل هذا
“Tergesa-gesa sekali orang ini,”
kemudian orang itu dipanggilnya dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama. lalu bersabda pada orang itu atau yang lainnya,
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد الله والثناء عليه ، ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم ، ثم ليدع بعد بما شاء
“Jikalau seorang diantara engkau semua hendak berdoa, maka hendaklah memulai dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhannya yang Maha Suci serta puji-pujian padaNya, selanjutnya membaca shalawat kepada Nabi s.a.w., seterusnya bolehlah ia berdoa dengan apa yang dikehendaki olehnya.”[19]
Dan juga hadis-hadis yang lain yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama mencontohkan tahiyat akhir dan kita diperintahkan untuk mengikuti sholat beliau.
Membaca Shalawat Nabi
Selain membaca bacaan tahiyat tadi, seseorang juga diwajibkan bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama di antaranya dengan shalawat ibrahimiyah,
اللهم صلِّ على محمّد، وعلى آل محمّد، كما صلّيت على إِبراهيم، وعلى آل إِبراهيم، إِنك حميد مجيد، اللهم بارِك على محمّد، وعلى آل محمّد؛ كما باركْتَ على إِبراهيم، وعلى آل إِبراهيم، إِنك حميد مجيد.
Allahumma shalli ‘alaa muhammadin, wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shallaita alaa Ibraahim, wa ‘alaa aali Ibrahim, Innaka hamiidun majiidun. Allahumma baarik ‘alaa Muhammadin, wa ‘alaa aali Muhammadin, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahim, wa ‘alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majiidun
“Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Sebagaimana Dia telah merahmati Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan semoga Allah memberikan keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Dia telah memberkahi Nabi Ibrahim dan keluarganya. [HR. Bukhari 3370 dan Muslim 406]
Salam
Berdasarkan hadis dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang dihukumi marfu’[20],
مفتاح الصلاة الطهور ، وتحريمها التكبير ، وتحليلها التسليم
“Pembuka sholat seorang hamba adalah bersuci, pembatas sholat dan aktivitas di luar sholat adalah takbiiratul ihram, dan penutupnya adalah salam.”[21]
Juga sebagaimana hadis yang dari Sa’ad bin Abi Waqqash,
كنت أرى رسول الله صلى الله عليه وسلم يسلم عن يمينه وعن يساره حتى أرى بياض خده
“Aku menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama salam dengan mengengok ke kanan kemudian ke kiri sampai nampak putihnya pipi beliau.”[22]
Tertib dan Thuma’ninah di Setiap Gerakan Sholat
Rukun sholat yang terakhir adalah tertib dan thuma’ninah, Dalil tentang wajibnya seseorang untuk berurutan dalam melakukan Gerakan sholat dan thuma’ninah adalah hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,
إذا قمت إلى الصلاة ، فكبر ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن ، ثم اركع حتى تطمئن راكعا ، ثم ارفع حتى تعتدل قائما ، ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا ، ثم ارفع حتى تطمئن جالسا ، وافعل ذلك في صلاتك كلها
“Jika kau hendak mengerjakan sholat, maka mulai dengan takbir dan bacalah surat Al Fatihah, kemudian rukulah dengan thuma’ninah, kemudian bangkit dari ruku sampai lurus, kemudian sujud dengan thuma’ninah, kemudian bangkit duduk dengan thuma’ninah. Kerjakan semua hal tadi dalam seluruh sholatmu.”[23]
Artikel ini ditulis oleh Ustadz Muhammad Nur Faqih, S.Ag. (Beliau Lulusan STDI Jember Jurusan Hadis, Pengasuh Belajarsholat.com, Tanyahadis.com dan beliau aktif mengisi kajian-kajian ilmiyah di berbagai kota)
___________
Footnote:
[1] Hasyiyah ar Raudh al Murbi’ li Ibni Qaasim 2/122.
[2] QS. Al Baqarah: 238.
[3] Tafsir as Sa’diy 1/106.
[4] HR. Muslim 394.
[5] HR. Bukhari 628.
[6] HR. Bukhari 757.
[7] HR. Abu Dawud 61. Imam an Nawawi rahimahullahu mengatakan, hadis ini hasan. Lihat Nash bar Raayah li Ahaadits al Hidaayah 1/307.
[8] HR. Bukhari 756.
[9] Arkaan ash Shalah Fii Dhaui al Kitaabi was Sunnati karya Syekh Sa’ad bin Ali al Qahthani 7-8.
[10] QS. Al Hajj: 77.
[11] HR. Bukhari 757.
[12] HR. Abu Dawud 856. Dishahihkan oleh Al Hakim dan Adz Dzahabi.
[13] HR. Bukhari 793.
[14] HR. Bukhari 757.
[15] QS. Al Hajj: 77.
[16] HR. Al Hakim 888.
[17] HR. Abu Dawud dan Al Baihaqi.
[18] HR. Bukhari 828 dan Muslim 498.
[19] HR. At Tirmidzi 3477.
[20] Secara hukum dihukumi berasal dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama.
[21] HR. At Tirmidzi 3.
[22] HR. Muslim 582.
[23] HR. Bukhari 757.