Tata Cara Turun Sujud
Ketika mau turun sujud apakah lutut dulu atau tangan dulu?
Pembaca Belajarsholat.com yang budiman… Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara turun menuju sujud ke dalam dua pendapat:
Pertama, mendahulukan kedua lutut sebelum kedua tangan.
Ini adalah pendapat jumhur mazhab Hanafi, Syafii, dan Hanbali. Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa’i, dan At Tirmidzi dari Wail bin Hujr radhiyallahu ‘anhu,
رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه، وإذا نهض رفع يديه قبل ركبتيه
“Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama menuju sujud dengan meletakkan kedua lutut sebelum tangannya. dan ketika bangkit beliau menangkat tangan sebelum lututnya.”
Al Khattabi rahimahullahu mengatakan,
هو: أثبت من حديث تقديم اليدين، وهو أرفق بالمصلي وأحسن في الشكل ورأي العين
“Hadis ini lebih valid dibandingkan hadis yang menunjukkan mendahulukan kedua tangan sebelum lutut. Dan ini lebih mudah bagi orang yang sholat, posisi lebih sesuai, dan lebih layak dilihat.”
(Dinukil oleh Imam An Nawawi dalam Al Majmu’ 3/395)
At Tirmidzi rahimahullahu mengatakan,
حسن غريب لا نعرف أحداً رواه غير شريك، والعمل عليه عند أكثر أهل العلم يرون أن الرجل يضع ركبتيه قبل يديه.
“Hadis ini hasan gharib, kami tidak mengetahui ada perawi lain selain Syarik. Dan mayoritas ulama berpendapat didahulukannya lutut sebelum tangan berdasarkan hadis ini.”
Hadis ini juga disahihkan oleh Al Hakim dengan syarat Imam Muslim dan ini disetujui oleh Adz Dzahabi. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih keduanya. Serta tidak ada komentar dari keduanya.
Akan tetapi, Ad Daruquthni rahimahullahu mengomentari,
تفرد به يزيد عن شريك، ولم يحدث به عن عاصم بن كليب غير شريك، وشريك ليس بالقوي فيما تفرد به
“Yazid bersendiri dalam meriwayatkan hadis ini dari Syarik. Dan tidak ada perawi lain dari Ashim bin Kulaib selain Syarik. Sementara Syarik bukan termasuk orang yang kredibel ketika meriwayatkan hadis secara bersendiri.”
Oleh karenanya, Syekh Al Albani melemahkan hadis ini. Dan tentu saja pembahasan hal ini akan panjang. Sebagaimana termaktub dalam kitab beliau Silsilah al ahadits adh dhaifah (nomor hadis 929), Irwaul Ghalil (nomor hadis 357), dan disebutkan pula di dalam kitab Shifatu Shalatin Nabiy.
Selain itu, mayoritas ulama juga berdalil dengan hadis yang diriwayatkan dari Mus’ab bin Sa’ad dari Sa’ad bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا نضع اليدين قبل الركبتين فأمرنا بالركبتين قبل اليدين
“Dahulu kami sholat dengan meletakkan tangan dulu sebelum lutut. Kemudian kami diperintahkan untuk meletakkan lutut terlebih dahulu sebelum tangan.”
(HR Ibnu Khuzaimah. Dalam sanad hadis ini terdapat seorang perawi bernama Ismail bin Yahya bin Salamah dan beliau terhitung matruk)
Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fath al Baari mengatakan,
وادعى ابن خُزيمة أن حديث أبى هريرة منسوخ بحديث سعد هذا ولو صح لكان قاطعاً للنزاع لكنه من أفراد إبراهيم بن إسماعيل بن يحيى بن سلمة بن سهيل عن أبيه وهما ضعيفان.
“Ibnu Khuzaimah mengatakan bahwa hadis Abu Hurairah terhapus dengan hadis Saad bin Malik. Andai ini benar, maka ini menyelesaikan perdebatan panjang tentangnya. Hanya saja kita ketahui bahwa hadis ini termasuk hadis yang Ibrahim bin Ismail bin Yahya bin Salamah bin Suhail bersendiri dalam meriwayatkan hadis dari ayahnya (Ismail bin Yahya) dan keduanya terhitung dhaif.”
Jumhur juga berdalil dengan riwayat dari Atsram dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan redaksi,
إذا سجد أحدكم فليبدأ بركبتيه قبل يديه ولا يبرك بروك الفحل
“Hendaknya ketika sujud ia mendahulukan lututnya sebelum tangannya dan janganlah ia duduk seperti bagaimana unta duduk.”
Ibnu Hajar mengomentari, hadis ini sanadnya lemah.
Adapula hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Ath Thahawi, dan Al Baihaqi. Akan tetapi Syekh Al Albani mengomentari, hadis ini batil.
Kedua, mendahulukan tangan sebelum lutut ketika turun menuju sujud.
Dan ini merupakan pendapat Imam Malik, Al Auzaiy, dan Ahmad dalam salah satu riwayat. Dalil yang mereka pakai adalah:
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa’iy, Ad Darimi, Al Bukhari dalam Tarikh al Kabir, dan Ahmad dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,
إذا سجد أحدكم فلا يبرك كما يبرك البعير، وليضع يديه قبل ركبتيه
“Janganlah ia menuju ke sujud seperti bagaimana unta duduk. Hendaknya ia meletakkan tangan sebelum lutut.”
Imam an Nawawi rahimahullahu mengomentari, sanad hadis ini jayyid. Disahihkan oleh Abdul Haqq dalam Al Ahkam al Kubra. Dan syekh Al Albani membahasnya panjang lebar untuk mendukung pendapat beliau mensahihkan hadis ini dan membantah para ulama yang menyebutkan bahwa hadis ini memiliki illah (silahkan merujuk ke Silsilah al Ahadits adh Dhaifah dan Irwaul Ghalil).
Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan,
فالحديث ـ والله أعلم ـ قد وقع فيه وهم من بعض الرواة فإن أوله يخالف آخره، فإنه إذا وضع يديه قبل ركبتيه فقد برك كما يبرك البعير، فإن البعير إنما يضع يديه أولاً
“Hadis ini –wallahu a’lam– sebagian perawinya salah dalam meriwayatkan. Karena bagian awalnya bertentangan dengan bagian akhir hadis. Justru yang meletakkan kedua tangan sebelum lutut itu lebih mirip bagaimana unta duduk. Karena unta duduk dengan menurunkan tangan terlebih dahulu.”
Beliau rahimahullahu juga mengatakan,
وكان يقع لي أن حديث أبى هريرة كما ذكرنا مما انقلب على بعض الرواة متنه وأصله، ولعله “وليضع ركبتيه قبل يديه”… حتى رأيت أبابكر بن أبى شيبة قد رواه كذلك
“Awalnya aku berpikir bahwa mungkin saja para perawinya terbalik dalam meriwayatkan. Dan boleh jadi redaksi aslinya hendaknya ia meletakkan lutut terlebih dahulu sebelum tangan. Sampai aku melihat ternyata riwayat tersebut juga disebutkan oleh Ibnu Abi Syaibah.” Kemudian beliau menyebutkan riwayat Al Atsram dan Ibnu Abi Syaibah. Akan tetapi riwayat tersebut dhaif sebagaimana penjelasan sebelumnya.
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ad Daruquthni, dan Al Hakim. Dan beliau (Al Hakim) mensahihkannya, yang juga disepakati oleh Adz Dzahabi,
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يضع يديه على الأرض قبل ركبتيه
“Bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama biasanya menurunkan tangan terlebih dahulu sebelum lutut.”
Hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya beliau menurunkan tangan sebelum lutut dan mengatakan,
كان النبي صلى الله عليه وسلم يفعل ذلك
“Dulu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama juga berbuat demikian.”
Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thahawi dalam Syarh Ma’ani al Atsar, Ad Daruquthni, dan Al Hakim. Beliau juga mengatakan, hadis ini sahih berdasarkan syarat sahih Imam Muslim. Dan Imam Adz Dzahabi sepakat tentangnya. Syekh Al Albani mengatakan dalam Irwa al Ghalil, hadis ini sebagaimana kedua imam (Al Hakim dan Adz Dzahabi) tersebut katakan. Tak lupa, Ibnu Khuzaimah juga mensahihkan hadis ini.
Syekh Al Albani menukil ucapan Al Hakim, aku lebih condong ke hadis yang menjelaskan tentang mendahulukan tangan sebelum lutut karena banyaknya riwayat baik dari sahabat maupun tabiin.
Imam Bukhari rahimahullahu juga menyebutkan atsar dari Ibnu Umar secara muallaq dengan bentuk jazm (pemastian).
Lebih Afdhal Mana, Lutut Atau Tangan Dulu Ketika Turun Sujud?
– Demikianlah penjabaran dalil dari kedua pendapat yang ada. Yang pasti secara kekuatan dalil, maka pendapat yang kedua lebih tepat. Hal ini diungkapkan oleh syekh Ahmad Syakir dalam penjelasan beliau terhadap Sunan at Tirmidzi,
والظاهر من أقوال العلماء في تعليل الحديثين أن حديث أبى هريرة هذا حديث صحيح، وهو أصح من حديث وائل، وهو حديث قولي يرجح على الحديث الفعلي على ما هو الأرجح عند الأصوليين
“Secara zahir dari penjelasan para ulama dalam menjabarkan illah dari kedua hadis, menunjukkan bahwa hadis Abu Hurairah sahih dan lebih sahih dibandingkan hadis Wail. Karena pendapat yang lebih tepat dari para ulama fikih adalah mengutamakan hadis yang bersifat qauli dibandingkan fi’liy.”
Dua ulama penahkik kitab Zaad al Ma’ad, yaitu Syuaib al Arnauth dan Abdul Qadir al Arnauth rahimahumallahu mengatakan,
بمراجعة التعليقات السابقة يتبين أن المرجح خلاف ما ذهب إليه المصنف (ابن القيم) وأن حديث أبى هريرة هو المرجح على حديث وائل لصحة سنده، ودعوى الاضطراب فيه منتفية لضعف كل الروايات التي فيها الاضطراب
“Dengan melihat penjelasan-penjelasan sebelumnya, bahwa yang tepat adalah berlainan dengan pendapat Ibnul Qayyim. Yaitu bahwa hadis Abu Hurairah lebih sahih dibandingkan hadis Wail secara sanad. Dan dakwaan idhthirrab pada hadis Abu Hurairah terbantahkan dengan keberadaan hadis-hadis yang terduga idhthirrab memang sejak awal lemah.”
– Akan tetapi hendaknya, perlu dijelaskan pula bahwa secara logika fikih, pendapat pertama lebih tepat. Karena semua (dua pendapat) sepakat mengamalkan hadis nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, janganlah kalian turun sebagaimana turunnya unta. Dan unta turun dengan mendahulukan kaki bagian depan (tangannya) sebelum belakang (lututnya). Hadis yang pertama menunjukkan mendahulukan lutut sebelum tangan dan ini tidak bertentangan dengan penjelasan ahli bahasa bahwa kedua lutut unta ada di tangannya.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama melarang seseorang menyerupai cara unta turun atau bangkit. Oleh karenanya, Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan,
إن البعير إذا برك فإنه يضع يديه أولاً، وتبقى رجلاه قائمتين، فإذا نهض فإنه ينهض برجليه أولاً، وتبقى يداه على الأرض. وهو صلى الله عليه وسلم نهى في الصلاة عن التشبه بالحيوانات، فنهى عن بروك كبروك البعير، والتفات كالتفات الثعلب، وافتراش كافتراش السبع، وإقعاء كإقعاء الكلب ونقر كنقر الغراب، ورفع الأيدي وقت السلام كأذناب الخيل الشمس، فهدي المصلي مخالف لهدي الحيوانات
“Unta itu ketika turun maka ia meletakkan tangannya terlebih dahulu dan kedua kaki yang lain masih tegak. Sebaliknya, ketika bangkit mereka mendirikan kaki terlebih dahulu dan tangannya tetap di tanah. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama melarang sholat menyerupai cara hewan. Seperti larangan duduk seperti duduknya unta, larangan banyak bergerak seperti serigala, larangan duduk seperti duduknya hewan buas, larangan duduk seperti anjing, larangan sholat sangat cepat seperti gagak yang tengah mematuk, dan juga larangan mengangkat tangan seperti halnya ekor-ekor kuda. Dan seorang yang tengah sholat dilarang menyerupai hal tersebut.”
Ibnul Qayyim rahimahullahu juga mengatakan,
وسر المسألة أن من تأمل بروك البعبير وعلم أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن بروك كبروك البعير، علم أن حديث وائل بن حجر هو الصواب والله أعلم
“Inti masalahnya adalah sebenarnya jika seseorang memahami bagaimana unta turun dan paham bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama melarang turun ke sujud sebagaimana turunnya unta, maka ia akan paham bahwa hadis Wail adalah yang lebih tepat.”
Kesimpulannya:
Pendapat yang menyatakan untuk mendahulukan tangan dibanding lutut secara riwayat lebih tepat. Sementara pendapat yang menyatakan turun lutut terlebih dahulu lebih kuat secara pandangan fikih. Dan diketahui bersama, bahwa hadis yang pertama lebih kuat dan inilah pandangan yang lebih kuat yaitu mendahulukan tangan. wallahu a’lam.
(Penjelasan ini dirangkum oleh Ustadz Muhammad Nur Faqih, S.Ag. dan Tim Redaksi Belajarsholat.com dari Islamweb.net)
Kritik dan saran ilmiyah ke redaksi: admin @ belajarsholat.com