Hukum Duduk Di Antara Dua Sujud
Duduk di antara dua sujud termasuk rukun sholat, dalilnya adalah hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang menceritakan seorang laki-laki masuk masjid,
… ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا..
…Kemudian sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk.. (HR. Bukhari : 791)
Doa Duduk Di Antara Dua Sujud
Doa duduk di antara dua sujud hukumnya SUNNAH menurut jumhur ulama, hanya saja kita tidak boleh menyepelakan doa ini dan hendaknya kita mengerjakaannya untuk kesempurnaan sholat.
Diantara doa-doa yang dikenal oleh masyakarat Indonesia;
Pertama:
رب اغْفِرلي وَارْحَمْنِى واجبرني وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِى وَاهْدِنِى وَعَافِنِى وَاعْفُ عَنِّى
“Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa ‘aafinii wa’fu ‘annii.”
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, benarkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, berilah aku petunjuk, berilah aku kesehatan, dan maafkanlah aku.”
Doa diatas adalah penggabungan dari beberapa riwayat hadis dibawah ini, adapun lafadz tambahan وَاعْفُ عَنِّى merupakan ijtihad dari Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam kitab Ihya’ ulumuddin. Doa diatas bisa dihafal dan diamalkan, namun ada doa-doa lain yang diriwayatkan secara shahih dalam sebuah hadis yang kami sebutkan dibawah ini.
Kedua
رَبِّ اغْفِرْ لِي، رَبِّ اغْفِرْ لِي
Robbighfirlii, robbighfirlii
“Ya Allah ampuni aku, Ya Allah ampuni aku”. ([1])
Ketiga
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْزُقْنِي، وَارْفَعْنِي
Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warzuqnii, warfa’nii
“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, berilah rezeki dan tinggikanlah derajatku”. ([2])
Keempat
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي
Allahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii, wahdinii, warzuqnii
“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, berilah aku petunjuk, dan berilah rezeki”. ([3])
Kelima
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي
Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii.
“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku”. ([4])
Keenam
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَارْزُقْنِي
Allahummaghfirlii, warhamnii, wahdinii, wa’aafinii, warzuqnii.
“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, berikanlah aku petunjuk, selamatkanlah aku, dan berilah rezeki”. ([5])
Cara Duduk Di Antara Dua Sujud
Ketika duduk wajib tuma’ninah, lalu meletakkan telapak tangan diatas paha dan jari-jari menghadap kiblat. Adapun untuk posisi kaki ada 2 cara:
Pertama: Al-Iftirasy
Jumhur ulama’ menyebutkan bahwa duduk diantara dua sujud dengan cara Al-Iftirasy yaitu dengan membentangkan telapak kaki kiri dan mendudukinya, lalu telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari dihadapkan kiblat.
Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu mengatakan,
من سُنَّةِ الصلاةِ، أنْ تنصِبَ القدمَ اليمنَى، واستقبالُهُ بأصابعِها القبلةَ، والجلوسُ على اليسرَى
“Di antara sunah ketika sholat adalah menegakkan kaki kanan lalu menghadapkan jari-jari ke arah kiblat dan duduk di atas kaki kiri.” (HR. An Nasa’i no. 1158, disahihkan Al-Albani )
Dalilnya lainnya sebagaimana dari hadis Ummul Mukminin Maimunah radhiallahu’anha,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ خَوَّى بِيَدَيْهِ – يَعْنِي جَنَّحَ – حَتَّى يُرَى وَضَحُ إِبْطَيْهِ مِنْ وَرَائِهِ. وَإِذَا قَعَدَ اطْمَأَنَّ عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى
Bahwa Rasulullah ﷺ ketika sujud membentangkan kedua tangannya hingga terlihat putih ketiaknya dari arah belakang beliau, dan jika duduk maka beliau duduk dengan paha kirinya. (HR. Muslim no. 497)
Aisyah berkata
وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى، وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ
Beliau ﷺ membentangkan kaki kirinya mengangkat kaki kanannya dan melarang ‘uqbatus syaithan’ (HR. Muslim no. 498)
Kedua: Iq’aa’
Selain duduk iftirasy juga diperbolehkan dengan duduk iq’aa’ yaitu dengan cara menegakkan kedua kaki, jari ditekuk hadapkan ke kiblat sementara kedua tumit diduduki pantat.
Dalilnya riwayat dari Ibnu Úmar radhiallahu ánhuma :
أنَّه كان إذا رفَعَ رأسَه مِن السَّجدةِ الأولى يقعُدُ على أطرافِ أصابعِه، ويقولُ: إنَّه مِن السنَّةِ
“Bahwasanya beliau jika bangkit dari sujud yang pertama, beliau duduk di atas ujung jari-jari kaki beliau. Dan beliau berkata, “Ini termasuk sunah.” (6)
Ada beberapa duduk iq’aa’ yg terlarang dan insya allah akan kami bahas para artikel selanjutnya.
Wallahu a’lam.
Artikel ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran ilmiyah ke redaksi: admin @ belajarsholat.com
TIM REDAKSI BELAJARSHOLAT.COM
Footnote:
([1]) H.R. Ibnu Majah no.897, Abu Dawud no.874 dan dishahihkan oleh Al-Albani
([2]) HR. Ibnu Majah No. 898, dihasankan oleh Al Arnauth
([3]) HR. At Tirmidzi No. 284, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi
([4]) HR Ahmad dalam sunannya 5/460 No. 3514
([5]) Misykatul Mashobih No. 900
(6) HR. At-Thabaraani dalam al-Mu’jam al-Awsath no 8752 dan al-Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubro no 2843, dan disahihkan oleh al-Baihaqi, adz-Dzahabi, Ibn Hajar dalam at-Talkhiish al-Habiir (1/420), dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Ashl Shifat as-Shalaah 2/803