Sunnah-sunnah Sholat Qauliyah
Sunnah-Sunnah Qauliyah adalah bacaan atau ucapan yang disunnahkan untuk dibaca ketika seseorang dalam sholat. Para ulama menyebutkan sunnah-sunnah qauliyyah dalam sholat adalah sebagai berikut:
Membaca Doa Istiftah
Membaca doa istiftah merupakan sunah. Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullahu,
هذا مستحَبٌّ، ولو ترك فلا بأس، لكنَّه مُسْتحب
“Membaca doa istiftah hukumnya sunah. Seandainya seorang meninggalkannya, maka tidak ada masalah karena hukumnya sunah.”[1]. Pendapat ini merupakan pendapat mayoritas ulama mazhab, seperti mazhab Hanafi yang diwakili oleh Al Ainy dalam Al Banaayah 2/184, mazhab Syafii yang diwakili oleh Imam an Nawawi dalam Al Majmu’ 3/318, dan mazhab Hanbali yang diwakili oleh Al Buhuty dalam Syarh Muntaha al Iraadat 1/220.
Versi Doa Istiftah
Hendaknya seorang muslim mengetahui beberapa macam doa istiftah yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. Sehingga ia bisa mengamalkan hadis-hadis tersebut dalam sholat-sholatnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Bin Baaz rahimahullahu,
السنة أن ينوع في الاستفتاح ، ولم يكن النبي يجمعها عليه الصلاة والسلام
“Yang disunahkan adalah seseorang memvariasikan bacaan doa istiftah dalam sholat-sholatnya dan tidak mengumpulkannya dalam satu sholat.”[2]
Di antara doa-doa istiftah yang bersumber dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama adalah:
- Versi Pertama
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama ketika diam di antara takbiratul ihram dan membaca surat Al Fatihah beliau membaca,
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ
Allahumma baa’id bainii wabaina khathaayaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minad danas. Allahumma ighsil khathaayaaya bil maa’i wats tsalji wal barad
“Ya Allah jauhkanlah aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara barat dan timur. Ya Allah bersihkanlah kesalahanku sebagaimana pakaian putih yang disucikan dari kotoran. Ya Allah cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin.”[3]
- Versi Kedua
Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama juga mengawali sholatnya (setelah takbiratul ihram) dengan doa,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
Subhanakallahumma wa bihamdika, wa tabaarakasmuka wata’aala jadduka, walaa ilaaha ghairuk
“Maha suci Engkau ya Allah dan segala hanya tercurah untuk-Mu. Dan maha berkah nama-Mu dan maha tinggi Engkau. Dan tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau.”[4]
- Versi Ketiga
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya beliau juga membaca doa berikut ketika mengerjakan sholat,
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ ، إِنَّ صَلَاتِي ، وَنُسُكِي ، وَمَحْيَايَ ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي ، وَأَنَا عَبْدُكَ ، ظَلَمْتُ نَفْسِي ، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا ، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifa. Wamaa ana minal musyrikiin. Inna shalaati, wa nusuki, wa mahyaaya, wa mamaatii lillahi Rabbil aalamiin. Laa syariika lahu, wa bidzaalika umirtu wa anaa awwalul muslimiin. Allahumma antal maliku laa ilaaha illa anta, anta Rabbi, wa anaa abduka, dzhalamtu nafsii, wa’taraftu bidzanbii, faghfir lii dzunuubi jami’a, innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta. Wahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdii li ahsaniha illa anta. Washrif anni sayyiaha laa yashrifu anni sayyiaha illa anta. Labbaika wa sa’daika wal khairu kulluhu fii yadaika. Wasy syarru laisa ilaik. Ana bika wa ilaika. Tabaarakta wa ta’aalaita. Astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintah-Nya, dan aku termasuk orang yang berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Menguasai. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Sungguh aku telah mendzaalimi diriku sendiri dan ku akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya kecuali hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya selain Engkau. Akan ku patuhi segala perintah-Mu dan dengan Bahagia kusambut perintah-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dari-Mu dan aku bertobat kepada-Mu”[5]
Ibnul Qayyim rahimahullahu menambahkan keterangan,
الْمَحْفُوظَ أَنَّ هَذَا الِاسْتِفْتَاحَ ، إِنَّمَا كَانَ يَقُولُهُ – عليه الصلاة والسلام – فِي قِيَامِ اللَّيْلِ
“Yang tepat adalah bahwa doa istiftah ini sering dibaca Nabi Muhammad ﷺ saat sholat malam.”[6]
- Versi Keempat
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama ketika sholat malam beliau membaca,
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ ، أَنْتَ الحَقُّ ، وَوَعْدُكَ الحَقُّ ، وَقَوْلُكَ الحَقُّ ، وَلِقَاؤُكَ الحَقُّ ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ ، وَالنَّارُ حَقٌّ ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ ، وَبِكَ آمَنْتُ ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ ، وَبِكَ خَاصَمْتُ ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، أَنْتَ إِلَهِي لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Allahumma lakal hamdu anta nuurus samaawaati wal ardhi. Walakal hamdu anta qayyimus samaawaati wal ardhi. Walakal hamdu anta rabbus samaawaati wal ardhi waman fiihinna. Antal haqqu, wa wa’dukal haqqu, wa qaulukal haqqu, wa liqaaukal haqqu, wal jannatu haqqun, wannaari haqqun, wan nabiyyuna haqqun, was saa’atu haqqun, allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khashamtu, wa ilaika haakamtu, fahgfir lii maa qaddamtu wamaa akkhartu, wa maa asrartu, wamaa a’lantu, anta ilaahii laa ilaaha illa anta
“Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku. Baik yang telah aku lakukan maupun yang belum aku lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau”[7]
- Versi Kelima
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabi Muhammad shalllallahu ‘alaihi wasallama ketika sholat malam maka beliau membaca,
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ ، وَمِيكَائِيلَ ، وَإِسْرَافِيلَ ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ ، فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Allahumma rabba jibraaila, wa mika’ila, wa israafiila, faathiras samaawaati wal ardhi, aalimal ghaibi wasy syahaadati, anta tahkumu baina ibaadik, fiima kaanu fiihi yakhtalifuun, Ihdinii limakhtulifa fiihi minal haqqi bi idznika innaka tahdii man tasyaa’u ilaa shiraathin mustaqiim
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, Israfil, yang menciptakan langit dan bumi, yang maha mengetahui hal ghaib dan yang nampak, Engkaulah yang menjadi hakim di antara hamba-hamba-Mu dalam setiap hal yang mereka perselisihkan. Tunjukilah aku kebeneran terhadap apa yang mereka perselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau kehendaki.”[8]
- Versi Keenam
Diriwayatkan bahwa suatu ketika seorang sahabat memasuki shaf sholat kemudian memulai dengan bacaan,
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
Alhamdu lillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi
“Segala pujian hanya milik Allah, pujian yang banyak, pujian yang terbaik, dan pujian-pujian yang penuh keberkahan.”[9]
- Versi Ketujuh
Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ketika beliau dan sahabat lain sholat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama, datang seorang laki-laki mengucapkan doa,
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلً
Allahu akbar kabiira, walhamdu lillahi katsiira, wa subhaanallahi bukratan wa ashiila
“Maha besar Allah dengan segala kebesaran, segala pujian hanya untuk-Nya dengan pujian yang banyak, dan maha suci Allah, baik pagi maupun petang.”[10]
- Versi Kedelapan
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama membaca dzikir berikut di awal sholat malamnya,
Allahu akbar 10x
Alhamdu lillahi 10x
Subhaanallahi 10x
Laa ilaaha illallahu 10x
Astaghfirullaha 10x
Kemudian beliau melanjutkan dengan doa,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي ، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Allahummaghfir lii wahdinii warzuqnii wa’aafinii, a’udzu billahi min dhiiqil maqaami yaumal qiyaamati
“Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk untukku, berikan aku rezeki dan keselamatan, aku berlindung kepada Allah dari sempitnya hari kiamat.”[11]
Apakah Boleh Dibaca di Sholat Fardhu dan Sunnah?
Beberapa versi doa istiftah di atas, selama tidak disebutkan dikhususkan dengan sholat malam, maka diperbolehkan dibaca di sholat fardhu dan sunnah. Adapun yang terdapat keterangan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama melakukannya sholat malam maka lebih baik dikerjakan di sholat malam.
Membaca Ta’awudz Setelah Doa Iftitah
Sunnah sholat berikutnya adalah membaca ta’awudz Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudry radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama memulai sholatnya dengan doa istiftah kemudian mengucapkan,
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم من همزه، ونفخه، ونفثه
A’udzu billahis sami’il ‘aliimi minasy syaithaani ar rajiimi min hamzihi, wa nafkhihi, wa naftsihi
“Aku berlindung kepada Allah yang maha Mendengar lagi maha Mengetahui dari godaan syaithan, baik kegilaan yang mereka sebabkan, atau kepongahan mereka, atau ucapan-ucapan tercela mereka.”
Mengucapkan Aamiin Setelah Membaca Surat Al Fatihah
Disunahkan bagi orang yang sholat sendiri, imam atau makmum untuk mengucapkan aamiin, dikeraskan ketika sholat jahriyah (yang dikeraskan bacaannya) dan dipelankan ketika sholat sirriyah (yang dipelankan bacaannya). Berdasarkan hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,
إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ ، فَأَمِّنُوا ، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Apabila imam mengucapkan aamiin, maka ucapkanlah. Barangsiapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[12]
Ibnu Katsir rahimahullahu,
يُسْتَحَبُّ لِمَنْ قَرَأَ الْفَاتِحَةَ أَنْ يَقُولَ بَعْدَهَا: آمِينَ … قَالَ أَصْحَابُنَا وَغَيْرُهُمْ: وَيُسْتَحَبُّ ذَلِكَ لِمَنْ هُوَ خَارِجُ الصَّلَاةِ، وَيَتَأَكَّدُ فِي حَقِّ الْمُصَلِّي، وَسَوَاءٌ كَانَ مُنْفَرِدًا أَوْ إِمَامًا أَوْ مَأْمُومًا، وَفِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ
“Disunahkan bagi orang yang membaca surat Al Fatihah untuk mengucapkan aamiin setelahnya. Sahabat kami dan selainnya mengatakan, disunahkan pula mengucapkan aamiin di luar sholat. Lebih ditekankan saat sholat. Baik sendiri, menjadi imam, atau menjadi makmum, dan dalam setiap kondisi.”[13]
Membaca Surat Pilihan Setelah Al Fatihah
Kemudian sunnah sholat berikutnya adalah mambaca surat pilihan setelah membaca surat Al-Fatihah. Abu Barzah radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
ان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يقرَأُ في الفجرِ ما بين السِّتِّينَ إلى المائةِ آيةٍ
“Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama membaca di sholat shubuh antara 60-100 ayat (setelah membaca surat Al Fatihah -pent)”[14]
Ibnu Siirin rahimahullahu mengungkapkan,
لا أعلَمُهم يختلفون أنه يقرأ في الركعتين الأُوليَيْنِ بفاتحة الكتاب وسورة، وفي الأُخريَيْنِ بفاتحة الكتاب
“Aku tidak mengetahui ada perbedaan di antara para sahabat terkait diwajibkan membaca surat Al Fatihah dan disunahkan membaca surat lain. Kemudian di dua rakaat berikutnya cukup membaca surat Al Fatihah.”[15]
Surat Yang Disunahkan dibaca di Sholat Shubuh
Disunahkan memanjangkan bacaan di sholat shubuh. Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan,
وأجمَعَ الفقهاءُ أن السنَّة في صلاة الفجر أن يقرأ بطِوال المفصل
“Para ulama sepakat tentang disunahkan membaca surat-surat panjang di surat al mufasshal.”
Yang dimaksud adalah dari surat Al Hujurat sampai surat Al Buruj.
Di antara surat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama baca adalah surat Qaaf sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat,
أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان يقرَأُ في الفجرِ بـ: ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ [سورة ق: 1] ونحوِها
“Bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama biasa membaca surat Qaaf di sholat shubuh dan yang sepadan dengannya.”
Para ulama di majelis fatwa Al Lajnah ad Daaimah mengatakan,
المشروع في صلاة الفجر إطالة القراءة ، ويقرأ ما تيسر من القرآن بعد الفاتحة من غير تخصيص لسورة معينة ، إلا ما ورد الدليل بتخصيصه ؛ كسورة السجدة ، وسورة الدهر – هل أتى على الإنسان- في صلاة الفجر يوم الجمعة
“Yang disunnahkan untuk dibaca dalam sholat shubuh adalah surat-surat yang panjang. Disunnahkan untuk membaca surat yang mudah bagi seseorang tanpa harus mengkhususkan dengan surat tertentu, kecuali yang ada dalilnya. Seperti surat As Sajdah dan surat Al Insan ketika hari Jumat.”
(Fataawa al Lajnah ad Daimah 5/340)
Membaca Tasbih di Ruku dan Sujud Lebih Dari Sekali
Syaikh Abdul Karim al Khudhair hafidzahullahu mengatakan,
يتم الامتثال لقوله -عليه الصلاة والسلام-: «اجعلوها في ركوعكم» «اجعلوها في سجودكم» [أبو داود: 869]، بمرة واحدة، وهذا هو القدر الواجب عند من يوجب التسبيح كالحنابلة، فيكفي ويتم الامتثال بذلك، لكن الثلاث أكمل، وكلما كثر التسبيح بحيث لا يشق على المأمومين إذا كان إمامًا فله أجره.
“(membaca tasbih sekali) mencukupi atau telah dikatakan menjalankan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, jadikanlah tasbih tersebut di ruku kalian, atau sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama, dan jadikanlah tasbih tersebut di sujud kalian.[16] Tersebut di dalamnya bahwa sudah terpenuhi meski hanya sekali. Ini kadar yang diwajibkan oleh syariat. Tentu saja di kalangan para ulama yang mewajibkan tasbih seperti ulama mazhab Hanbali. Maka cukup sekali, Adapun sampai tiga kali maka hal tersebut lebih sempurna.”[17]
Membaca Doa Sebelum Salam
Sunnah sholat yang banyak ditinggalkan saat ini adalah membaca doa-doa sebelum salam, berikut ini doa-doa yang dibaca:
- Doa yang diriwayatkan dari Abu Bakr ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau minta diajarkan doa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama dan beliau bersabda,
اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت، فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم
Allahumma inni dzalamtu nafsii dzulman katsiira, walaa yaghfirudz dzunuuba illa anta. Faghfir lii maghfiratan min ‘indika warhamnii innaka anta al ghafuuru ar rahiimu
“Ya Allah, sungguh aku telah berlaku kezaliman yang banyak. Dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Ampunilah dosa-dosaku dengan ampunan dari sisi-Mu. Dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha pengampun dan maha penyayang.”[18]
- Doa yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allahumma innii audzubika min adzaabi jahannama, wa min adzaabil qabri, wa min fitnalil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnail masiihid dajjaal
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam dan siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan fitnah Dajjal.”[19]
- Doa
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ ، وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ
Allahumma inni a’udzubika min syarri maa amiltu, wa min syarri maa lam a’mal
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku sebelumnya dan dari keteledoranku meninggalkan ketaatan.” [20]
- Doa
اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيرًا
Allahumma haasibni hisaaban yasiiran
“Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah.”[21]
- Doa
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Allahumma ighfir lii maa qaddamtu wa maa akkhartu wa maa asrartu wa maa a’lantu antal muqaddimu wa antal muakkhiru wa anta alaa kulli syaiin qadiir
“Ya Allah ampunilah dosaku yang telah lalu dan akan datang, apa yang kusembunyikan dan apa yang kutampakkan, Engkaulah Dzat yang mendahului dan mengakhiri dan Engkau maha berkuasa atas segala sesuatu.”[22]
Mengucapkan Salam Yang Kedua
Sunnah sholat qauliyah yang terakhir adakah mengucapkan salam yang kedua. Hal ini tidak sebagaimana salam yang pertama, maka salam kedua adalah sunnah dalam sholat. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibnul Mundzir rahimahullahu yang menyatakan bahwa salam ke kanan (yang pertama) adalah rukun merupakan consensus para ahli ilmu.
Artikel ini ditulis oleh Ustadz Muhammad Nur Faqih, S.Ag. (Beliau Lulusan STDI Jember Jurusan Hadis, Pengasuh Belajarsholat.com, Tanyahadis.com dan beliau aktif mengisi kajian-kajian ilmiyah di berbagai kota)
___________
Footnote:
[1] Fataawa Nuur alad Darb 10/15.
[2] Fataawa Nuur alad Darb 8/172.
[3] HR. Bukhari 74 dan Muslim 598.
[4] HR. Abu Dawud 776 dan At Tirmidzi 243.
[5] HR. Muslim 771 dan An Nasa’i 897.
[6] Zaad al Ma’ad 1/196.
[7] HR. Bukhari 7499 dan Muslim 1758.
[8] HR. Muslim 770.
[9] HR. Muslim 600 dan An Nasa’iy 901.
[10] HR. Muslim 601.
[11] HR. An Nasa’iy 1617.
[12] HR. Bukhari 780 dan Muslim 410.
[13] Tafsir Ibn Katsir 1/144-145.
[14] HR. Bukhari 541 dan Muslim 461.
[15] Fathul Baari li Ibni Rajab 4/477.
[16] HR. Abu Dawud 869.
[17] https://shkhudheir.com.
[18] HR. Bukhari 832.
[19] HR. Muslim 588.
[20] HR. Muslim 2716.
[21] HR. Ibnu Khuzaimah 849.
[22] HR. Bukhari 6398.