Jika ada orang sholat di dalam kereta api atau pesawat dalam beberapa tahun terakhir ada nyinyiran dan hinaan dari orang-orang liberal. Mereka berpendapat orang yang sholat di kereta api sesat dan cara beragama dengan kaku, mereka berkeyakinan bahwa orang sholat harus di masjid dst.. Lalu bagaimanakah sebenarnya hukum orang yang sholat di kereta api atau pesawat?
Baik kita akan merincinya.
Sholat Fardhu Wajib Berdiri Menghadap Kiblat
Allah ﷻ dalam FirmanNya
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Palingkanlah mukamu ke arah Al Masjidi Al haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. (QS Al-Baqoroh : 144)
إذا قمت إلى الصلاة فأسبغ الوضوء ، ثم استقبل القبلة فكبر
“Jika kalian hendak sholat, maka sempurnakanlah wudhu, lalu hadaplah kiblat dan bertakbirlah.” (HR. Bukhari)
Diatas menjadi dalil bahwa menghadap kiblat menjadi syarat sahnya sholat. Namun permasalahan ini akan muncul ketika dalam kondisi masyaqqah seperti sedang di kereta api, perahu ataupun pesawat.
Bagaimana Dalam Kondisi Darurat
Hal ini sebagaimana ketentuan Allah dalam firmannya
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah semampumu.” (QS. At-Taghabun : 16)
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imran bin Husain radhiallahu ‘anhu
صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“Sholatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring” (HR. Bukhari 1117)
Kapan Boleh Sholat Diatas Kendaraan?
Sebelum melakukan perjalanan hendaknya kita menghitung waktu yang akan kita tempuh. Jika memungkinkan kita bisa menjamak sholat sebelum dan sesudah safar maka itu lebih afdhal.
عَنْ ابْن عُمَرَ قَالَ, صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ لاَ يَزِيدُ فِي السَّفَرِ عَلَى رَكْعَتَيْنِ، وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَذَلِكَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ.
Dari Ibn Umar, dia berkata: “Aku pernah menemani Rasulullah ﷺ (ketika safar), selama kepergian itu beliau tidak melaksanakan sholat lebih dari dua raka’at. Begitu juga dengan Abu Bakr, Umar dan Utsman radhiallahu ‘anhum. (HR. Bukhari 1038)
Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu:
إذا كان لا يتمكن من أداء الصلاة في الطائرة كما يؤديها على الأرض فلا يصلي الفريضة في الطائرة إذا كان يمكن هبوط الطائرة قبل خروج وقت الصلاة ، أو خروج وقت التي بعدها مما يجمع إليها
“Apabila tidak memungkinkan mengerjakan sholat di pesawat sebagaimana di bumi, maka jangan dia sholat di pesawat jika pesawat mendarat sebelum keluarnya waktu sholat atau keluarnya waktu sholat yang setelahnya yang bisa dijamak sholat bersamanya.” (Fatawa Arkanil Islam hal:380)
Lalu bagaimana dengan sholat di kereta api, pesawat dan perahu?
وسئل أنس بن مالك رضي الله عنه عن الصلاة في السفينة فقال عبد الله بن أبي عتبة مولى أنس رضى الله عنهما: “سافرت مع أبي سعيد الخدري وأبي الدرداء وجابر بن عبد الله رضى الله عنهم جميعًا، فَكَانَ إِمَامُنَا يُصَلِّي بِنَا فِي السَّفِينَةِ قَائِمًا، وَنَحْنُ نُصَلِّي خَلْفَهُ قِيَامًا، وَلَوْ شِئْنَا لَأَرْفَأنَا وَخَرَجْنَا” رواه ابن أبي شيبة.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang sholat di kapal laut, dan Abdullah bin Abi Utbah, mawla Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Saya bepergian dengan Abu Sai’d Al-Khudri dan Abu Al-Darda’ dan Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhum. Imam kami sholat diatas kapal sambil berdiri tegak, dan kami sholat dengan berdiri tegak dibelakangnya, meskipun cepat untuk berlabuh dan pergi. ” (HR. Ibnu Abi Shaibah)
أنَّ النبي صلى الله عليه وآله وسلم سُئِل عن الصلاة في السفينة، فقال: «صَلِّ فِيهَا قَائِمًا إِلَّا أَنْ تَخَافَ الْغَرَقَ» رواه الدارقطني والبيهقي في “معرفة السنن والآثار” واللفظ له.
Bahwa Nabi Muhammad ﷺ ditanya tentang sholat di atas kapal, dan beliau bersabda: “Sholatlah di atasnya sambil berdiri, kecuali kamu takut tenggelam.” (HR. Al-Daraqutni, al-Bayhaqi dalam “Ma’rifat al-Sunan wa’l-Atsar” dan susunan lafadz ini adalah miliknya)
Sebagian besar ulama diantaranya; Imam Malik, Imam At-Tsauri, Imam Asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad melazimkan sholat dengan berdiri menghadap kiblat saat diatas perahu (diqiyaskan kereta, pesawat. Redaksi). Namun Imam Abu Hanifah berpendapat tidak melazimkan berdiri bagaimanapun keadaannya.
Dalam Fatwa Al-lajnah Ad-daimah
إذا حان وقت الصلاة والطائرة مستمرة في طيرانها ويخشى فوات وقت الصلاة قبل هبوطها في أحد المطارات – فقد أجمع أهل العلم على وجوب أدائها بقدر الاستطاعة، ركوعا وسجودا واستقبالا للقبلة؛ لقوله تعالى: {فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ} ولقوله صلى الله عليه وسلم: «إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم» ، أما إذا علم أنها ستهبط قبل خروج وقت الصلاة بقدر يكفي لأدائها أو أن الصلاة مما يجمع مع غيره كصلاة الظهر مع العصر وصلاة المغرب مع العشاء، وعلم أنها ستهبط قبل خروج وقت الثانية بقدر يكفي لأدائهما – فقد ذهب جمهور أهل العلم إلى جواز أدائها في الطائرة؛ لوجوب الأمر بأدائها بدخول وقتها حسب الاستطاعة، كما تقدم، وهو الصواب.
“Jika datang waktu sholat dan pesawat masih dalam keadaan terbang dan di khawatirkan luputnya waktu sholat sebelum pesawat mendarat di dalah satu bandara maka para ulama sepakat akan wajibnya untuk menunaikan sholat semampunya dalam ruku’, sujud, dan mengahadap kiblat berdasarkan firman Allah: {Bertakwalah kalian semampu kalian}, dan juga berdasarkan sabda Nabi ﷺ “Jika aku memerintahkan kalian dengan suatu perintah maka lakukanlah semampu kalian”, adapun jika diketahui bahwasanya pesawat akan mendarat sebelum keluarnya waktu sholat sebatas apa yang cukup untuk ia mengerjakan sholat, maka mayoritas ulama berpendapat bolehnya untuk mengerjakannya di pesawat karena wajibnya perintah melaksanakan sholat dengan masuknya waktu sholat sesuai kemampuan sebagaimana yang telah lalu. Dan ini adalah yang benar.” (Fatawa al-Lajnah ad-daimah no. 145 8/120)
Perhatikan Tempat Sholat Saat di Kereta Api Atau Pesawat
Di Indonesia mayoritas penduduknya muslimin, tentu tidak asing dengan syariat sholat. Bahkan di kereta api atau pesawat setiap penumpang bisa memaklumi jika ada penumpang lain ingin sholat. Hanya saja, biasanya pemerintah menyediakan mushola / tempat ibadah didalamnya, bahkan di stasiun ataupun di bandara juga tersedia. Maka selayaknya kita sholat ditempat yang sudah disediakan agar tidak mengganggu kepentingan umum.
Lalu bagaimana jika tidak ada musholanya? Maka carilah tempat yang yang sekiranya tidak mengganggu orang lain dan bukan tempat-tempat lalu lalang manusia.
Dalam kitab kitab Al-Fiqhu Ala Al-Madzhabi Al-Arba’ah dalam madzhab Hambali,
إن تعرض المصلي بصلاته في موضع يحتاج للمرور فيه يكره له مطلقاً سواء مر أحد أو لم يمر بين يديه، كما يقول الشافعية، والكراهة خاصة بالمصلي، أما المارّ فإنه يأثم ما دامت له مندوحة للمرور من طريق أخرى
Ketika seseorang sholat berdiri disuatu tempat yang biasa dilalui (orang) maka makhruh mutlak, baik ada orang lewat atau tidak didepannya. Sebagaimana pendapat Asy-Syafi’iyah. Kemakruhan ini khusus untuk orang yang sholat. Adapun orang yang sengaja lewat di depannya berdosa, jika masih memungkinkan bisa lewat jalan lain.
Hanya saja pendapat makhruhnya sholat di tempat lalu lalang manusia tidak bisa menggantikan hukum wajibnya sholat berdiri menghadap kiblat. Untuk itu walaupun ada tempat yang sempit untuk sholat, namun banyak mudharatnya, orang tidak bisa lewat misalnya, maka bisa gunakan pendapat Imam Abu Hanifah untuk sholat sambil duduk.
Ringkasan:
- Sebelum berangkat safar hitung estimasi waktu perjalanan, jika memungkinkan bisa di jamak sebelum berangkat atau setelah sampai maka afdhal dijamak sholatnya.
- Ketika di dalam kendaraan mampu untuk berdiri menghadap kiblat, rukuk dan sujud maka diharuskan mengerjakannya.
- Ketika di dalam kendaraan yang tidak mampu berdiri maka sholat dengan posisi semampunya.
Wallahu a’lam.
Referensi:
- islamqa.info/ar/answers/21869/الصلاة-في-السيارة-والطاىرة
- islamweb.net/ar/library/content/302/371
- al-maktaba.org/book/31616/38441
- shamela.ws/book/9849/244