Hukum I’tidal
I’tidal adalah berdiri setelah ruku’ dan termasuk bagian dari rukun sholat menurut pendapat jumhur madzhab. Dalil wajibnya i’tidal dari hadis Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا
Kemudian rukuklah hingga benar-benar rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh shalat (rakaat) mu.” (HR. Bukhari: 751)
Kapan Membaca Doa Tasmi’ dan Tahmid Saat I’tidal?
Pertama: Saat Sholat Sendiri
Sudah menjadi ijma’ jika sholat munfarid membaca tasmi’ dan tahmid, سمِعَ اللهُ لِمَن حمِدَه dilanjut membaca ربَّنا ولك الحمدُ
قال ابنُ حجر: وأمَّا المنفردُ فحكى الطحاويُّ وابنُ عبد البرِّ الإجماعَ على أنه يجمَع بينهما .فتح الباري- 2/284
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah, “Adapun orang yang sholat sendiri maka kata Imam Ath-Thahawi dan Ibnu Abdil Baar telah menjadi ijma’ untuk menggabungkan keduanya (tasmi’ dan tahmid saat i’tidal). (Fathul Bari : 2/284)
قال ابنُ رشد: (ولا خلافَ في المنفرد: أعني أنه يقولهما جميعًا) ((بداية المجتهد)) (1/151)
Berkata Ibnu Rusyd rahimahullah, “Tidak ada khilaf bagi orang yang sholat sendiri, maksudnya dia menggabungkan dua doa itu (tasmi’ dan tahmid) (Bidayatul Mujtahid)
Kedua: Imam
Termasuk imam juga diperintahkan untuk membaca doa tasmi’ dan tahmid, karena posisi imam sebagai pimpinan dalam sholat yang memberikan aba-aba kepada makmum agar mengikuti gerakan imam.
Dalilnya hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ، ثُمَّ يَقُولُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ، ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ: رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ, ثم يُكبِّرُ حين يَهْوِي ساجدًا
Adalah Rasulullah ﷺ apabila mendirikan shalat, maka beliau bertakbir saat berdiri, lalu bertakbir saat ruku’. Kemudian mengucapkan: ‘sami’allahu liman hamidah’ saat bangkit dan meluruskan tulang punggungnya dari ruku’. Kemudian bangkit seraya mengucapkan: ‘rabbana lakal hamdu’. Kemudian takbir saat hendak sujud. (HR. Bukhari 789, Muslim 392)
Ketiga: Saat Jadi Makmum
Jika jadi makmum cukup membaca tahmid saja ربَّنا ولك الحمدُ (tanpa membaca tasmi’), pendapat ini dipegang oleh madzhab Hanabilah, Malikiyah dan Hanafiyah.
Dalilnya adalah hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda
إنَّما جُعِلَ الإمامُ ليُؤتَمَّ به، فإذا كبَّرَ فكبِّروا… وإذا قال الإمامُ: سمِعَ اللهُ لِمَن حمِده، فقولوا: ربَّنا لك الحمدُ
“Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti ….dan Apabila Imam mengucapkan Sami’allahu liman Hamidah, maka kalian ucapkan, ‘Rabbanaa lakal hamdu’..” (HR. Bukhari 796, Muslim 409)
Bacaan Tasmi’ Saat Bangkit Dari Ruku’ Menuju I’tidal
سمِعَ اللهُ لِمَن حمِدَه
Sami’allahu liman Hamidah.
Artinya: Allah Maha Mendengar pujian siapa yang memujinya.[1]
Bacaan Tahmid Saat Berdiri I’tidal
Bacaan Populer Ditengah-tengah Masyarakat
Bacaan 1:
ربَّنا ولك الحمدُ
Rabbanaa wa lakal hamdu
Artinya: Ya Rabb kami, dan bagimu segala puji.[2]
Bacaan 2:
ربَّنا لك الحمدُ
Rabbanaa wa lakal hamdu
Artinya: Ya Rabb kami, dan bagimu segala puji.[3]
Bacaan 3:
اللهمَّ ربَّنا ولك الحمدُ
Allahumma rabbana walakal hamdu
Artinya: Ya Allah, Rabb kami dan bagimu segala puji.[4]
Bacaan 4:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْد
Rabbana lakal hamdu milassamawaati wa milal ardhi wa mil-a syikta min syaiin ba’du
Artinya:
Rabb kami, bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi, serta sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa yang Engkau inginkan dari sesuatu setelahnya.[5]
Dan masih ada beberapa bacaan doa waktu i’tidal lainnya yang bersumber dari hadis nabi.
Wallahu a’lam.
Artikel ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran ilmiyah ke redaksi: admin @ belajarsholat.com
TIM REDAKSI BELAJARSHOLAT.COM
Footnote:
[1] Muttafaqun ‘alaih
[2] رواه البخاري (789)، ومسلم (392)
[3] رواه البخاري (795)، ومسلم (392)
[4] رواه البخاري (795)، ومسلم (392).
[5] Ibnu Hajar Haitami, Minhajul Qawim Syarhul Muqaddimah Al Hadramiyah