Ada-Adab Buang Hajat Dalam Matan Abu Syuja’
Dalam kitab matan Abu Syuja’ disebutkan adab buang hajat sebagai berikut:
- Tidak boleh menghadap dan membelakangi kiblat ketika berada di tempat terbuka. (1)
- Tidak boleh buang air kecil dan besar di air menggenang.(2)
- Dan (tidak boleh buang hajat) dibawah pohon yang berbuah. (3)
- Dan (tidak boleh buang hajat) di jalan raya.
- Dan (tidak boleh buang hajat) di tempat berteduh.
- Dan (tidak boleh buang hajat) lubang.
- Dan tidak boleh berbicara (yang tidak perlu) saat buang hajat.
- Tidak boleh menghadap dan membelakangi matahari dan bulan.
Keterangan tambahan:
1. Dilarang menghadap dan membelakangi kiblat jika tidak ada penutup. Dalinya riwayat dari Abu Ayyub Al-Anshori radhiallahu ‘anhu
إذَا أتَيْتُمُ الغَائِطَ فلا تَسْتَقْبِلُوا القِبْلَةَ، ولَا تَسْتَدْبِرُوهَا ولَكِنْ شَرِّقُوا أوْ غَرِّبُوا قالَ أبو أيُّوبَ: فَقَدِمْنَا الشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ القِبْلَةِ فَنَنْحَرِفُ، ونَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى
Apabilah kalian buang air maka jangalah menghadap ke kiblat, dan juga jangan membelakanginya. Akan tetapi hadapkan ke timur atau ke barat. Kemudian Abu Ayyub berkata, “Kami dahulu di negeri Syam, kami dapati tempat buang air menghadap kiblat dan kami rubah posisinya dan jami memohon ampun kepada Allah Ta’ala. (HR. Bukhari 394)
Para ulama’ menghukumi haramnya buang hajat menghadap kiblat tatkala alam terbuka semisal padang pasir atau tempat-tempat yang tidak ada penutupnya. Adapun di dalam ruangan maka diperbolehkan sebagaimana hadis dari Bukhari 147, Muslim 266 dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma,
“Saya sedang menaiki diatas atap rumah Hafshoh (kakaknya Ibnu Umar) karena suatu hajat, maka aku melihat nabi baru selesai buat hajat dan beliau membelakangi kiblat dan menghadap ke Syam.”
2. Dilarang buang hajat di air menggenang. Dalilnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘annhu, Nabi ﷺ bersabda,
لا يَبُولَنَّ أحَدُكُمْ في المَاءِ الدَّائِمِ الذي لا يَجْرِي، ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ
Janganlah kalian buang air kecil di air yang menggenang dan tidak mengalir kemudian mandi didalamnya. (HR. Bukhari 239)
3. Dilarang buang hajat dibawah pohon berbuah dan air mengalir. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma
نَهى النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم أنْ يتخلَّى الرَّجُلُ تحتَ شَجَرةٍ مُثمِرَةٍ، ونَهى أنْ يتخلَّى على ضَفَّةِ نَهرٍ جَارٍ
Rasulullah ﷺ melarang seseorang buang hajat di bawah pohon berbuah dan beliau melarang buang air besar di pinggir sungai yang mengalir.” (Syarah Ibnu Majah Li Mughulthaiy, Bukhari mengatakan hadis ini munkar dan matruk, Mu’jam Al-Ausath Thabrani, Status Hadis Dhaif Jiddan)
4. Dilarang buang hajat di jalan raya dan tempat berteduh, hadis Abu Hurairah disebutkan bahwa:
اتَّقُوا اللَّعَّانَيْنِ قَالُوا وَمَا اللَّعَّانَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ فِي ظِلِّهِمْ. (رواه مسلم)
“Jauhilah kalian dari dua laknat” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa La’anini itu?” Beliau menjawab: “Orang yang buang hajat di jalan manusia atau di tempat berteduhnya mereka.” (HR. Muslim 397), Ahmad 8636, at-Tirmidzi 16, dan Abu Dawud 25)
5. Dan tidak boleh berbicara (yang tidak perlu) saat buang hajat. Dari Abu Sa’id Al-Khudry radhiallahu ‘anhu, beliau mendengar bahwa Nabi ﷺ bersabda,
لا يَخرُجُ الرَّجُلانِ يضرِبانِ الغائطَ كاشِفَينِ عن عورتِهما يتحدَّثانِ ، فإنَّ اللَّهَ تبارك وتعالى يمقُتُ على ذلِكَ
Janganlah dua orang laki-laki saat buang hajat saling menampakan auratnya dan saling berbicara. Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla murka atas perbuatan tersebut. (HR. Abu Daud)
عَنْ الْمُهَاجِرِ بْنِ قُنْفُذٍ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَبُولُ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ حَتَّى تَوَضَّأَ ثُمَّ اعْتَذَرَ إِلَيْهِ فَقَالَ إِنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا عَلَى طُهْرٍ أَوْ قَالَ عَلَى طَهَارَةٍ
Dari Al Muhajir bin Qunfudz Bahwasanya dia pernah menemui Nabi ﷺ ketika beliau sedang buang air kecil, lalu dia mengucapkan salam kepada Nabi, namun beliau tidak menjawab salamnya hingga berwudhu, kemudian beliau meminta maaf seraya bersabda: “Sesungguhnya aku tidak suka menyebut Nama Allah Ta’ala kecuali dalam keadaan suci.” [Abu Daud]
6. Disunnahkan bagi yang keluar masuk kamar mandi untuk berdoa.
Doa masuk kamar mandi,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الخُبُثِ وَالخَبَائِثِ
Allaahumma innii a’uudzu bika minal khubutsi wal khobaa-its.
“Dengan nama Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan dan jin.” (HR. Bukhori no. 142 dan Muslim no. 375)
Doa keluar kamar mandi,
غُفْرَانَكَ
Ghufroonak.
“Aku minta ampun kepadaMu.” (HR. Ahmad no. 25220 dan dikatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth bahwa sanadnya shohih dengan syarat Bukhori dan Muslim)
Wallahu a’lam.