Membuka Pintu Langit dengan Doa Iftitah
Setelah engkau meyakinkan diri sebagai hamba, dengan lafal takbir “Allahu Akbar” maka teranggaplah shalatmu.(1)
Lalu engkau sambut dengan doa iftitah, maka terbukalah pintu langit..
Dengan itu.. Allah curahkan rahmat, ampunan, ketenangan, dan kabulkan segala hajatmu.
Meski sunnah jangan kau tinggalkan doa iftitah.
Nabi ﷺ Sampai Takjub, Pintu Langit Tiba-Tiba Terbuka
عن ابن عمر رضي الله عنه قال : ” بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ : اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( مَنِ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا ؟ ) قَالَ رَجُلٌ مَنِ الْقَوْمِ : أَنَا ، يَا رَسُولَ اللهِ . قَالَ : عَجِبْتُ لَهَا ، فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ . قَالَ ابْنُ عُمَرَ : فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ “
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:Ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba seorang lelaki dari jamaah berkata:
“Allāhu akbaru kabīrā, walhamdulillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā.
“Allah Maha Besar dengan kebesaran yang agung, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
“Siapa yang mengucapkan kalimat tadi?”
Seorang lelaki dari jamaah menjawab:
“Saya, wahai Rasulullah.”
Beliau ﷺ bersabda:
“Aku kagum dengan kalimat itu. Pintu-pintu langit terbuka karenanya.”
Ibnu Umar berkata:
“Sejak aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda demikian, aku tidak pernah meninggalkan kalimat itu.”
(HR. Muslim 601)
Dan Malaikatpun Turun Mendengar Doa Ifittah
Dari Anas Bin Malik radhiallahu ‘anhu
أَنَّ رَجُلًا جَاءَ ، فَدَخَلَ الصَّفَّ وَقَدْ حَفَزَهُ النَّفَسُ ، فَقَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ ، فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاتَهُ ، قَالَ : ( أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِالْكَلِمَاتِ ؟ ) ، فَأَرَمَّ الْقَوْمُ – يعني : سكتوا – ، فَقَالَ : ( أَيُّكُمُ الْمُتَكَلِّمُ بِهَا ؟ فَإِنَّهُ لَمْ يَقُلْ بَأْسًا ) ، فَقَالَ رَجُلٌ : جِئْتُ وَقَدْ حَفَزَنِي النَّفَسُ فَقُلْتُهَا ، فَقَالَ : ( لَقَدْ رَأَيْتُ اثْنَيْ عَشَرَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَرْفَعُهَا )
Ada seorang lelaki datang (ke masjid) lalu masuk ke dalam shaf (barisan shalat), sementara ia terengah-engah (karena tergesa ingin ikut shalat berjamaah).
Lalu ia berkata:
“Alhamdulillāhi ḥamdan katsīran ṭayyiban mubārakan fīh.”
(Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, yang baik, dan penuh berkah.)
Setelah Rasulullah ﷺ menyelesaikan shalatnya, beliau bertanya:
“Siapa yang mengucapkan kalimat tadi?”
Namun orang-orang diam.
Beliau bertanya lagi:
“Siapa yang mengucapkannya? Karena dia tidak mengucapkan sesuatu yang salah.”
Seorang laki-laki menjawab:
“Aku datang dengan napas yang terengah-engah, lalu aku mengucapkannya.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh aku melihat dua belas malaikat berebut untuk menaikkannya (ke langit) — siapa di antara mereka yang akan menuliskannya terlebih dahulu.”
(HR. Muslim 600, An-Naasai 901)
Footnote:
- Takbiratul ihram merupakan rukun shalat, yang wajib diucapkan baik shalat sendiri, imam ataupun makmum. Seseorang yang tidak membaca takbir maka shalatnya tidak sah. Baca artikel lengkap disini: Hukum membaca takbiratul ihram
Wallahu a’lam.








