Arti Allahu Akbar الله أكبر
Makna Lafazh Allah
“Allah” adalah nama bagi Tuhan yang benar-benar berhak disembah, yang menghimpun seluruh sifat-sifat ketuhanan, disifati dengan rububiyah, dan satu-satunya yang memiliki wujud hakiki. Semua selain-Nya fana, binasa, dan batil kecuali dengan-Nya.
Dikutip dari penjelasan Ustadz DR. Firanda Andirja,
Menurut para ulama seperti Sibawaih dan yang lainnya bahwa lafal اَللَّه berasal dari kata اَلْ untuk makrifat dan إِلَه. Kemudiannya keduanya digabung menjadi اَلْإِلَه, lalu hamzahnya dihilangkan sehingga menjadi اَللَّه.Dari sini kita tahu bahwasanya antara اَللَّه dan اَلْإِلَه maknanya tidak berbeda.
Lafal اَلْإِلَه berasal dari kata أَلَهَ – يَأْلَهُ yang artinya beribadah. إِلَه berwazan فِعَالٌ yang bermakna مَفْعُوْل. Ini seperti kata كِتَابٌ yang bermakna مَكْتُوْبٌ. Sehingga إِلَه artinya مَأْلُوْهٌ yang bermakna yang disembah. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika menafsirkan makna اَللَّه dia mengatakan,
ذُوْ الْأُلُوْهِيَّةِ، وَالْعُبُوْدِيَّةِ عَلَى خَلْقِهِ أَجْمَعِيْنَ
“Dialah pemilik penyembahan dan peribadatan dari seluruh makhluk-Nya.”
Oleh karenanya, dengan kita mengetahui makna “اَللَّه” maka memahami bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ﷻ. Ini adalah makna dari لَا إِلَه إِلّا الله yang artinya tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman,
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
“(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik.” (QS. Thaha: 8)
Dari sini kita tahu bahwasanya yang berhak disembah hanyalah Allah ﷻ adapun selain Allah ﷻ tidak boleh disembah sebagaimana yang terjadi di alam semesta di mana orang-orang mengambil sembahan selain Allah ﷻ. Ada yang menyembah matahari, rembulan, patung, dewa, nabi, orang saleh, mayat, ikan, monyet, tikus, ular, sapi, dan yang lainnya yang semuanya seharusnya tidak boleh disembah.
Makna Lafazh Akbar
Lafal akbar adalah isim tafdhil yang bermakna paling atau yang terbaik.
Sehingga sifat Akbar ini sebagaimana dijelaskan oleh sahabat Ali radhiallahu ‘anhu,
كَبُر شأنًا، وعَظُم سلطانًا
“Besar kedudukan-Nya, agung kekuasaan-Nya.” Maka “Allahu Akbar” berarti: segala sesuatu menjadi kecil di hadapan-Nya.
Makna Allahu Akbar dalam Takbiratul Ihram
Maknanya: Allah lebih besar dari segala hal yang dapat menyibukkan, melalaikan, menunda, atau menghalangi seorang muslim dari shalat.
Karena itu kaum muslimin sangat menjaga takbiratul ihram di belakang imam. Bahkan ada seorang saleh berkata: “Jika engkau melihat seseorang meremehkan takbiratul ihram, maka jangan berharap kebaikan darinya.” Juga pernah dikatakan: “Tidak ada keberkahan dalam amal yang melalaikan shalat.”
Menghidupkan makna “Allahu Akbar” membuat seorang hamba masuk ke dalam shalat dengan hati yang khusyuk, penuh kesadaran, terlepas dari urusan dunia, dan larut dalam munajat kepada Allah.
Tujuan Takbir
Tujuan dari membesarkan Allah adalah agar tidak tersisa kesombongan di bumi, kecuali semua tunduk kepada kebesaran Allah semata.
Konsekuensi Takbir
Ucapan “Allahu Akbar” menuntut pengucapnya untuk bertauhid murni, menyerahkan seluruh urusan kepada Allah, meninggalkan kerelaan hawa nafsu dan keridhaan manusia menuju keridhaan Allah, Raja manusia, Tuhan manusia.
Kisah-kisah Kemenangan dengan Takbir
- Ketika Nabi ﷺ menuju pembukaan Khaibar pada pagi hari, orang-orang Yahudi keluar dari benteng membawa alat pertanian. Ketika mereka melihat Nabi, mereka berkata: “Muhammad datang bersama pasukan.” Mereka segera kembali ke benteng. Nabi ﷺ lalu bertakbir: “Allahu Akbar! Hancurlah Khaibar.” Dan akhirnya benteng itu benar-benar jatuh.
- Ketika Amr bin Ash mengepung benteng Babilonia di Mesir, ia meminta tambahan 4.000 pasukan kepada Umar bin Khaththab. Umar hanya mengirim 4 orang sahabat, seraya berkata: “Setiap orang di antara mereka sama dengan seribu.” Di antaranya adalah Zubair bin Awwam. Zubair lalu berkata: “Aku mengorbankan diriku untuk Allah, semoga Allah memberi kemenangan.” Ia kemudian memanjat benteng dengan tangga sambil berteriak “Allahu Akbar”. Kaum muslimin pun serempak bertakbir, hati para penghuni benteng menjadi gentar, dan akhirnya benteng itu menyerah.








